Gunung Ciremai - Melawan Diri, Meraih Mimpi

Lautan awan yang menakjubkan
Perjalanan Saya kali ini langsung di sambut hujan ketika Saya dan teman-teman di Cikopo, menunggu Bis jurusan Kuningan yang rata-rata sudah penuh sesak dengan penumpang. Hujan yang cukup deras mengharuskan Saya untuk langsung melipir ke warung sambil ngangkut keril yang besar minta ampun. Biasanya Saya cuma bawa keril 55lt-65lt tapi kali ini Saya bawa yang 80 liter. edan! nekat aja ini mah bawa Keril segede kulkas.

Persiapan pendakian kali ini memakan waktu hampir 2 bulan. dari mulai ngumpulin teman-teman yang mau ikut, menyusun itinerary, galau-galauan antara jadi atau enggak, sampai akhirnya hari itu tiba juga.


Deg-degan banget! Meskipun Saya yang sudah beberapa kali mendaki gunung-gunung yang ada di jawabarat, tapi untuk pendakian ke gunung ciremai ini rasanya ada yang beda. banyak kekhawatirannya, termasuk khawatir apakah si pria berbadan besar ini sanggup sampai ke puncak tertinggi jawa barat, ciremai?

Mata masih ngantuk banget, sepanjang perjalanan sampai ke basecamp Palutungan Saya gak juga bisa tidur, akhirnya, selesai sholat subuh di warung dekat basecamp, Saya manfaatkan buat tidur sebentar saat teman lain sedang packing ulang. Kurang dari satu jam Saya di bangunin buat sarapan dan langsung bersiap untuk melakukan pendakian. alamaaaaak.. Ngantuk parah! beneran. Paling gak kuat kalo melakukan pendakin dalam keadaan kurang tidur gini, tapi mau gak mau pendakiannya harus di mulai.

Kali ini, karena yang di buka hanya Pos pendakian Palutungan, terpaksa deh lewat jalur ini, padahal mah maunya lewat jalur Apuy. Ada juga satu jalur lagi, yaitu Jalur Linggarjati, tapi tentu saja jalur itu gak cocok buat Saya. He he he

Jalur pendakian ke Puncak Gunung Ciremai  via Palutungan kita akan melewati kurang lebih 9 pos pendakian. Di mulai dari Pos Pendakian Palutungan itu sendiri, kita akan berjalan melewati rumah-rumah warga, lengkap dengan kandang kambingnya, he he he. terus kita juga akan melewati perkebunan milik warga sampai kita memasuki hutan dan berjalan terus kurang lebih dua jam sampai ke Cigowong. Jalur pendakiannya panjaaaaaaaang banget. untungnya tertutup hutan jadi gak panas dengan sinar matahari. 

Tepat di Cigowong ini ada bangunan semacam pendopo untuk beristirahat dan ada satu toilet. di sana juga ada mataair yang bisa kita gunakan untuk keperluan memasak.

Setelah beristirahat cukup lama, Saya melanjutkan perjalanan menuju Pos Kuta. sampai pos ini, yang kita temukan hanya hutan dengan pepohonannya yang cukup lebat. gak usah berlama-lama istirahat di pos ini, perjalanan masih sangat jauh dan lanjut jalan menuju Pos Pangguyangan Badak. Lelah syekali.... Lapar dan ngantuk parah. Tapi karena perjalanan masih sangat jauh, akhirnya terus lanjut ke Pos Arban. di pos ini Saya dan teman-teman buka bekel untuk makan siang sekaligus masak-masak dikit. Saya, yang dari awal pendakian udah ngantuk banget, akhirnya memilih tidur daripada makan siang. Pilihan bodoh memang, tapi yang ada di pikiran Saya waktu itu adalah "Saya harus tidur". Dan saat yang lain sudah selesai makan, Saya di bangunin dan di paksa-paksa buat dipersilahkan makan. Ah, badah Saya lemes, dan akhirnya makanpun cuma sedikit karena memang gak nafsu.

Duuuh.. Badan tetep lemes, ngantuk juga gak berkurang, dan rasa laper yang mengakibatkan jalan Saya semakin melambat. Perjalanan dari Arban ke Tanjakan Asoy yang normalnya 30 menit, sedangkan Saya waktu itu butuh waktu satu jam setengah. Jalur yang di lalui semakin curam dan gak jarang kita akan berpegangan pada akar-akar untuk melewati jalur ini. Sedangkan dari Tanjakan Asoy ke Pasanggrahan tempat Saya mendirikan tenda butuh waktu 1 jam untuk sampai sana, normalnya. Saya? dua jam! Sampai di Pasanggrahan hari sudah gelap.

Saya yang basah kuyub dengan keringat langsung mengganti kaos saat yang lain sibuk mendirikan tenda. jangan di tanya bagaimana lelahnya perjalanan Saya sampai di Pasanggrahan ini, esok dini hari perjalanan di lanjutkan ke puncak. Dari camp Palutungan ke Pasanggrahan ini normalnya di tempuh dengan waktu 6 sampai 7 jam, tapi Saya10 jam. hebat ya! he he he.. Harap di maklum, selain fakot badan yang besar, ngantuk juga jadi faktor yang memberikan pengaruh besar dengan lambatnya pendakian ini.

Buat yang sudah pernah mendaki atau sering mendaki, momen camping atau mendirikan tenda ini jadi salah satu momen favorit setiap kali mendaki. Selain bisa beristirahat, masih banyak kegiatan yang bisa di lakukan ; Masak, ngobrol, main games, atau kaya Saya, tidur!

Di saat lagi nyenyak-nyenyaknya tidur di dalam tenda, alarm bunyi, ini artinya Saya dan teman-teman  harus bersiap-siap dan segera melanjutkan perjalanan menuju puncak ciremai. Jam 3 dini hari. Rasa lelah Saya sudah jauh berkurang, tapi ada kendala lain, Saat mulai melanjutkan perjalanan menuju puncak Saya muntah-muntah, maag kambuh karena kemarin makannya sedikit banget. Untunglah ada obat dan Saya bisa melanjutkan perjalanan jam setengah 4 pagi.

Pendakian malam atau dini hari, buat Saya pribadi, momen ini jadi adegan yang Saya suka setiap kali mendaki. Berjalan di gelapnya malam, cahaya cuma dari lampu senter atau headlamp, gak ada suara apa-apa selain suara binatang. Sunyi. Dalam keadaan seperti ini, Saya seperti bisa berpikir dan melihat lebih jernih tentang apa yang ada pada diri Saya selama hidup. Merenung. Selain itu, membuat terasa lebih dekat sama Allah.

Perjalanan terus berlanjut sampai matahari terbit dan melewati Sanghyang Ropoh. dari Sanghyang Ropoh ini vegetasi sudah mulai terbuka, sampai ke pertigaan Apuy. Kenapa namanya Pertigaan Apuy? karena jalur ini semacam pertemuan antara jalur Apuy dengan jalur Palutungan, jadilah namanya pertigaan Apuy. Dari sini, kita bisa melihat pemandangan luas, jalur yang di lewati berupa bebatuan menanjak tanpa dataran lurus. Jalur seperti ini gak cuma bikin kaki pegel, tapi Saya jadi lebih cepat haus.

Ngomong-ngomong soal haus, dari tempat camp menuju puncak Saya gak banyak bawa bekal makanan dan minuman. Ini semacam bunuh diri sih. Tas keril dan perlengkapan lainnya di tinggal di tempat camp di Pasanggrahan, karena jika di bawa sampai puncak gak memungkinkan. Saya cuma bawa tas kecil yang isinya powerbank, buff, dompet, dan madu. Gak bawa makanan berat.

Di jalur pendakian mendekati puncak, Saya kehausan parah, dan tentu saja laper. perut sudah keroncongan dari tadi. di saat-saat seperti ini Saya melihat pendaki lain sedang makan roti tawar pake susu, rasanya gatel banget pengen minta atau ngedeketin si pendaki tersebut, tapi gak enak, pasti perbekalan dia juga sedikit. Akhirnya setiap ketemu pendaki Saya cuma minta air putih agar saya tidak dehidrasi.

Puncak Gunung Ciremai
Mendaki gunung itu berat, susah, dan banyak rintangannya, apalagi buat yang berbadan gemuk seperti Saya. karena kelelahan Saya berkali-kali ingin mengakhiri pendakian ini meskipun katanya puncak ciremai sebentar lagi. teman sependakian Saya berkali-kali juga menyemangati Saya untuk terus lanjut. "Ini bukan lagi setengah dari perjalanan, tapi ini mendekati garis finish. kamu harus sampai puncak", kata teman Saya menyemangati.

Setelah menggunakan metode 10 langkah berhenti, lanjut jalan, berenti lagi, dengan waktu yang cukup lama akhirnya Saya sampai juga di puncak ciremai. puncak tertinggi jawa barat. Indah sekali. Gumpalan awan, hijaunya pepohonan, langit yang cerah, rasanya semua apa yang sudah Saya upayakan terbayar. semua pengorbanan sampai ke puncak ciremai gak ada apa-apanya setelah melihat ini semua. Maksudnya, capek yang di rasa semuanya langsung hilang.

Puncak Gunung Ciremai
Dari perjalanan ke Puncak Ciremai ini Saya belajar banyak, tentang sesuatu yang memang sudah Saya sadari, tapi Saya makin menyadarinya di perjalanan kali ini. Yaitu tentang :
1. Sebelum mendaki istirahatlah yang cukup. tidur cukup. karena ngantuk mempengaruhi stamina kita
2. Lapar atau gak lapar harus tetap makan. paksain. tanpa asupan makanan kita tidak akan bisa melakukan pendakian dengan baik dan sehat
3. Lebih peduli dan mempersiapkan hal-hal kecil ataupun besar. Contohnya air minum. Jangan sampai kehabisan air.

Itu aja kurang lebih. Terimakasih sudah membaca ini sampai selesai.  Pendakian ke Puncak Ciremai jadi pengalaman penting buat Saya 😊






0 Comments:

Posting Komentar