4 Kali Mendaki, 4 Kali Juga Mengalami Hal Mistis DI Gunung Gede (2958 MDPL)

Puncak Gunung Gede
Tipe tiap orang tentu berbeda-beda dalam urusan travelling. Ada yang dengan sekali mengunjungi sebuah tempat wisata dia merasa cukup dan gak mau kesana lagi, Tapi ada juga yang sampai berkali-kali datang ke suatu tempat dia mau dan tetap merasa senang untuk kembali dan kembali lagi.

Saya tipe orang yang gak masalah mau berkali-kali Travelling/Backpacking/Hiking dan mendatangi tempat yang sama sampai berulang kali, bahkan Saya tipe orang yang merasa senang bila ada yang minta di temenin travelling meskipun Saya sudah pernah ke tempat yang di tuju. Apalagi kalo gratisan, makin seneng aja.

Banyak tempat yang sempat Saya kunjungi berkali-kali dengan orang yang berbeda, salah satunya melakukan pendakian ke Gunung Gede, yang merupakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gunung ini berada di tiga wilayah, yaitu kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi.

Bersama teman mendaki
Buat Saya pribadi Gunung Gede banyak sekali memberikan kesan dan pengalaman, selain jadi gunung pertama yang Saya daki, di gunung ini juga Saya mengalami banyak hal Mistis, menegangkan dan seru. Apalagi jalur Cibodas yang panjang dan bikin pegel itu, di sana banyak momen yang Saya alami.

Pernah suatu kali mendaki Gunung Gede lewat jalur Putri ada satu teman yang tiba-tiba pingsan karena kelelahan, duh, kebayang dong gimana panik dan repotnya? untunglah teman Saya yang pingsan itu masih bisa terus lanjut sampai ke Suryakencana setelah dia sadarkan diri. Dan pulangnya lewat jalur Cibodas, dengan susah payah teman Saya turun tapi apalah daya doi kelelahan di pos 2 Cibodas, akhirnya Saya dan 2 orang teman Saya turun duluan untuk manggil porter di pos pendakian. Alhamdulillah teman Saya mendapatkan pertolongan dan di gendong sampai bawah. seru-seru menegangkan banget, khawatir teman Saya itu kenapa-kenapa. Fyuh! Tapi sejujurnya Saya salut sama perjuangannya sampai ke puncak. Dan ini jadi pengalaman pertama ada teman yang sampai sakit dan di evakuasi.

Alun-alun Suryakencana
Pernah sekali mendaki ke Gunung Gede sama orang yang kerjaannya fotooooooooooooo mulu. ketemu papan pengumuman ini, minta di foto. ketemu sama bunga-bunga edelweis yang setengah merekah, foto! ketemu batu yang bentuknya aneh, foto! sampe puncak, minta fotoin berkali-kali sama orang yang berbeda dengan gaya ala-ala kekinian. Saking seringnya foto baik itu foto selfie atau minta di fotoin, sempet Saya tinggalin tuh. Pernah juga pas sudah di puncak dan Saya sudah puas foto-foto dan menikmati pemandangan puncak yang waktu itu lagi cerah banget, doi masih betah foto sana-sini, kelamaan nunggu akhirnya Saya dan teman-teman tinggal aja, kami turun duluan sedangkan teman Saya itu masih asyik foto-foto. akibatnya, waktu dia turun, katanya dia sempet di panggil-panggil gitu dan yang manggil itu katanya suara Saya, padahal Saya gak manggil. Setelah mendengar suara Saya itu, ternyata doi ngikuti suara itu dan akhirnya belok ke jalur yang salah, untunglah ada pendaki lain yang kebetulan ngeliat dan langsung di kasih tau kalo jalur itu ke arah jurang. Duuuuh, ngeri banget!

Dari beberapa pengalaman itu, pengalam Mistis lah yang sampai sekarang masih membekas dan terbayang-bayang.

Beberapa pengalaman horror saat mendaki Gunung Gede itu nyata banget. Pertama, waktu itu abis dari puncak Gunung Gede turun via jalur Cibodas, ini pengalaman pertama mendaki Gunung. saat turun Saya kelelahan banget, di Pos Kandang Badak Saya melakukan buang air kecil, saat itu Saya merasa ada yang merhatiin terus padahal kondisinya gelap banget, gak ada lampu, yang ada cuma senter para pendaki. Selesai itu Saya dan teman-teman berjumlah 6 orang langsung turun gunung, di perjalanan Saya mengeluh sama satu teman Saya "Om, Saya merasa kaya mau di rasukin, kaya di ikutin terus", teman Saya menjawab dengan santai "Berpikir positif terus, jangan bengong, istighfar". Saya mengikuti apa yang di bilang sama teman Saya itu, setelah melewati jalur air terjun panas kami semua istirahat, Satu teman Saya memberikan intruksi buat matiin semua senter karena harus di irit-irit, perjalanan masih panjang. dan pada saat yang sama teman Saya ngasi intruksi lagi untuk melihat bintang-bintang dan terangnya cahaya bulan di langit, Saya mengikuti saja intruksinya, dan jreng jreng jreng.... ketika Saya mengangkat wajah Saya ke atas, Saya terkejut, tangan Saya bergetar dan tiba-tiba aja mulut Saya gak bisa berkata apa-apa, Saya melihat sosok cewek tinggi banget, berukuran besar berbaju putih, kuntilanak!

Percaya atau gak, kuntilanak itu terus ngikutin Saya tepat di belakang Saya, tingginya sekitar 3 sampai 4 meter. teman-teman Saya yang lain gak ada yang liat. Itu pertama kalinya Saya melihat hantu berbentuk nyata. Saya mencoba berpindah-pindah posisi tapi dia tetap berada di belakang Saya. selesai pendakian itu Saya cerita ke salah satu teman Saya, dan katanya dia sempat melihat anak-anak lari-larian di sebelum pos pendakian, Saya makin terkejut soalnya hampir di tempat yang sama si kuntilanak yang mengikuti Saya menghilang.

Kedua kalinya Saya mendaki ke Gunung Gede, saat itu Saya sudah sampai bawah,sudah santai-santai di pos pendakian sambil nunggu teman-teman lain sampai. Anehnya, sampai magrib kok teman-teman Saya belum sampai juga, Saya dan Sam yang sudah lebih dulu sampai mulai gelisah. Jam 7an malam ada satu orang teman kami yang berlari dan menuju ke arah kami, katanya ada teman kami yang melihat sesuatu dan dia menangis di jalur antara pos 2 dan pos 1. Lalu Sam mengajak Saya untuk menjemput mereka, awalnya Saya sempat ragu karena Saya pikir pasti Saya sendiri kesulitan kalo harus naik lagi, tapi demi solidaritas akhirnya Saya dan Sam susul bermodalkan satu senter. Belum sampai pos 1 langkah Saya berhenti, Saya mendengar ketawa kuntilanak. "Sialnya" dalam hati Saya. Saya mendengar itu persis dengan lokasi waktu kuntilanak yang mengikuti Saya menghilang. Duuuuh...

Apakah pendakian ketiga Saya aman dari gangguan makhluk halus dan hal-hal mistis lainnya? harusnya sih gitu, tapi pada kenyataannya gak. Saya mendaki kurang lebih jam setengah 3 pagi atau jam 4 pagi ya Saya lupa. Sebelum pos 2 itu ada jalanan bercabang, ke kiri ke jalur puncak, ke kanan ke arah air terjun cibereum. Waktu itu Saya dan teman-teman yang berjumlah 4 orang langsung mengambil jalur kanan karena dalam penglihatan kami ke kiri itu gak ada jalur, tertutup sama pohon. ketika adzan subuh barulah Saya sadar kalo ini bukan jalur yang bener, kami di sasarin. ketika kami kembali ke jalur yang bercabang tadi, ternyata di sana banyak sekali pendaki yang sedang beristirahat. tadi itu mata kami tertutup. Dasar setan rese!

Jalur via Cibodas yang mistis
Untuk pendakian yang keempat, Saya tenang saja, mungkin diri Saya sudah mulai akrab kali ya sama hal-hal mistis di Gunung itu, tapi meskipun begitu Saya tetap saja di gangguin. Waktu itu dalam perjalanan turun, Saya yang buru-buru untuk sampai bawah karena harus memanggil porter karena ada teman yang sakit dan butuh pertolongan, Saya jalan aga ngebut sama dua orang teman Saya. Posisi Saya paling depan, tiba-tiba ada seekor Babi berwarna putih dengan ukuran besar lewat tepat di depan Saya. Saya terdiam, kaki gemetar, tapi Saya masih sanggup untuk bilang "stop", mengintruksikan dua teman Saya untuk berhenti. Yang Saya takutkan adalah kalau-kalau Babi itu menyerang kami, tapi ternyata setelah Saya ceritakan katanya kalau Babi putih itu adalah jelmaan. ih! serem amat. Oh iya, pada saat Saya melihat Babi putih berukuran besar itu lewat, kedua teman Saya gak liat apa-apa. cuma Saya yang liat. Kena lagi deh Gue.....

Saya juga gak tau kenapa Saya mengalami banyak kejadian mistis di gunung ini. Tapi jika di tanya apakah Saya akan kembali mendaki Gunung Gede lagi? Jawabannya : Saat ini TIDAK!

Jembatan Cinta - Wisata di Karawang yang Instagramble banget!


Keren kan buat selfie?!

Sebagai warga asli karawang, tentu Saya merasa perlu, bahkan wajib untuk mempromosikan tempat-tempat wisata yang ada di Karawang. Kebetulan hobi Saya juga travelling jadi cocok dong ya, sekaligus bantu pariwisata di daerah sendiri.

Sebagian dari kamu mungkin mengenal Karawang dengan beberapa sebutan seperti Goyang Karawang, atau lumbung padi nasional, atau mungkin mengenal Karawang lewat puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar. Iya kan? ngaku deh!

Sekedar informasi ni ye, wisat di Karawang tuh banyak banget, serius! mau pantai? ada! mau sejarah? ada banget! mau yang alami dan hijau? jelas ada! Mau main air di air terjun? banyak! Salah satu yang  pernah Saya tulis mengenai wisata candi, ini link nya http://seruputkopii.blogspot.co.id/2016/11/menikmati-wisata-abad-ke-2-di-karawang.html

Ada wisata baru di Karawang yang asri, hijau, tapi cocok banget buat tempat selfie, apalagi tempat wisata ini dikelilingi bukit, suasananya jadi adem, sunyi dan nyaman. cocok banget buat ngopi santai sambil baca buku atau quality time bareng sahabat atau keluarga.

Tempat ini di namai Wisata Gunung Kirampog, Saya gak tau kenapa namanya itu. Hanya ada satu infiormasi yang Saya dapat yaitu tempat wisata ini pemiliknya adalah seorang TNI. waktu Saya kesana, berharap bertemu sama pemiliknya tapi sayangnya belum jodoh. sempet nanya ke ibu warung dan katanya kalo si pemilik datang seminggu dua kali tapi gak tentu waktu dan harinya.

Apa sih yang menarik dari tempat wisata ini?
Masih asri dan di kelilingi bukit hijau
Ada sungai buat main air (air keruh karena habis hujan)
Jembatan Cinta
Tempat selfie lainnya
Terapi Ikan (airnya keruh karena habis hujan)
Terowongan Ampel
Curug/Air terjun Jenggot
Sekarang Saya akan coba me-riview lebih lengkap dari wisata yang mulai nge-hits di instagram ini :

Pertama soal tiket masuk. perorang dikenakan tiket masuk RP. 15.000. harga segitu kamu akan dikasi minuman dan bebas selfie di semua tempat yang ada di kawasan gunung kirampog. tapi ada beberapa tempat yang harus bayar lagi, salah satunya terapi ikan, kamu harus mengeluarkan uang lagi sebesar RP. 5.000/jam. bagai mana menurutmu, kemahalan gak sih tiket masuknya?

Kedua akses jalan yang parah. Jangan harap mobil bisa sampai ke lokasi ini. akses jalan untuk motor saja harus melewati gang-gang rumah warga yang sempit, bahkan ada yang melewati persis depan rumah warga. jika naik motor harus berhati-hati karena tanjakannya cukup curam dan jika hujan akan licin. terus kalo kamu naik mobil kamu bisa parkir di parkiran mobil tapi jalan kaki cukup jauh sekitar 15 sampai 20 menit tergantung individu masing-masing sih.

Ketiga, Kalo Saya liat dari segi pembangunan memang Wisata Gunung Kirampog ini belum rampung, bisa di liat dari masih adanya beberapa pekerja yang membangun untuk memperindah tempat wisata ini. Tapi di sini sudah di sediakan beberapa saung yang cukup besar, ada mushola, area camping, warung jajanan, toilet, dan kamar mandi. Tempat ini buka dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore.

Terus.... Kalo mau kesini rutenya gimana?

Wisata ini berada di Kampung Sinaruju, Rt/rw, 004/001, Desa Merkar Buana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang. Gampangnya adalah kita masuk ke kawasan wisata loji, bayar karcis masuk kawasan wisata RP. 10.000/motor, setelah masuk ke kawasan wisata loji lurus terus ikuti petunjuk arah yang cukup jelas, nanti belok kanan memasuki kampung warga dan terus ikuti petunjuk arah yang sudah di sediakan. Gampang buat di cari cuma akses jalannya aja yang masih harus di perbaiki,.

Secara keseluruhan tempat wisata ini sangat di rekomendasikan untuk jadi pilihan liburan kamu bareng keluarga atau sahabat atau mantan pacar atau gebetan atau gebetannya mantan, he he he

Untuk informasi kalo mau camping atau bikin acara bisa hubungi 0822-6035-8717 (Wisata Gunung Kirampog)

Selamat berlibur, sobat. Karawang itu indah kok. Sukseskan pariwisata Karawang yah...

Ketemu Pendaki Gemes di Gunung Andong 1726 mdpl

View dari jalur pendakian menuju puncak
Di jalur pendakian menuju puncak Gunung Andong (1726 mdpl) Saya bertemu dengan 2 orang perempuan. Ketemu sama mereka di sebelum Watu Pocong, Pos 1 Gunung Andong. Berlanjut ke jalur pendakian pos 2, Saya sempat menawarkan diri buat bawain matras salah satu di antara mereka yang terlihat mulai kelelahan.

Sudah jadi hal yang biasa jika sesama pendaki saling tegur sapa, saling tolong menolong bahkan saling berbagi makanan, seperti yang Saya lakukan waktu itu. Bukan sok kenal, kepo atau modus, tapi itu semua adalah bentuk kepedulian, sekaligus nyari teman baru juga kan?

Melihat wajahnya yang masih sangat muda, Saya penasaran dong, langsung Saya tanya aja usia mereka, ternyata baru kelas 3 SMA. Wadaw... Anak perempuan, belum di nyatakan lulus SMA, mendaki cuma berdua?! Teman Saya, Mba Widi namanya, sampai terkagum dan memuji dua anak itu "keren loh kalian, beneran aku kagum" kata Mba Widi sambil mengatur nafas. Ia terlihat ngos-ngosan juga, maklum ini kali pertama Mba Widi melalukan pendakian. Tapi, jangankan Mba Widi, Saya aja ngos-ngosan kok. He he

Ketika di Pos 2, kedua anak yang baru selesai ujian SMA itu bisik-bisik, yang satu nyodorin roti ke temannya sambil sedikit ngomel "kamu sih gak mau makan dari pagi", dengan muka yang kecapean dan lapar, temanya jawab "aku tadi gak laper". Melihat adegan itu Saya langsung nimbrung dan menawarkan sebungkus nasi + lauknya ke meraka. "kamu makan ini. Jangan roti", kata Saya sambil nyodorin sebungkus nasi yang Saya ambil dari teman Saya, Kak Ros. Awalnya mereka berdua nolak, tapi setelah Saya dan teman-teman Saya paksa akhirnya mau juga walaupun cuma di makan sedikit.

Setelah kejadian itu, jujur Saya khawatir sama mereka, lalu Saya memutuskan buat backup mereka sambil ngajak ngobrol.

Pelan-pelan Saya berjalan di belakang mereka. Yang satunya terus mengeluh kelelahan dan berkali-kali bilang mau balik lagi ke bawah, gak mau meneruskan pendakian, gak kuat. Setiap kali dia mengeluh Saya minta buat dia beristirahat sebentar sambil Saya berusaha untuk terus meyakinkan dan ngasih semangat sampai akhirnya mereka nyampe juga di pos 3 alias air pemancar.

"Sebentar lagi sampe puncak kok. Beneran deh. Setelah sampai puncak, kamu gak akan menyesal. Ayo semangat" sambil senyum-senyum Saya ngasih semangat. Puncak memang sudah dekat, tapi kabut sudah mulai turun, Saya khawatir hujan kalo terlalu lama istirahat. Setelah Saya kasih dorongan semangat terus-terusan, akhirnya dia berjalan lebih cepat sampe Saya gak ngeliat lagi batang idung mereka. Ternyata Saya di tinggal pas mau sampe puncak. Ha ha ha. Dasar bocah!

Menuju Puncak
Betewe, kenapa Saya mau repot-repot nemenin mereka mendaki? Kenal aja gak. Mereka juga gak ngasih tau nama mereka ke Saya.

Setiap kali melakukan pendakian, kita memang gak pernah tau apa yang akan terjadi. Terkadang, hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan sama sekali malah terjadi. Dan terkadang, hal-hal yang kita khawatirkan justru malah tidak terjadi.

Setiap kali melakukan pendakian setinggi atau serendah apapun gunung itu, kita gak pernah tau akan di pertemukan dengan siapa dan akan bagaimana kondisinya.

Jadi, jika di tanya kenapa mau repot-repot bantuin mereka padahal diri sendiri aja kwalahan, jawabannya Saya juga gak tau. Tapi mungkin rasa syukur adalah satu-satunya jawaban yang mendekati tepat kenapa Saya mau repot-repot nolong mereka. Bisa aja Saya ninggalin mereka, cuek sama mereka, tapi, pasti Saya akan merasa bersalah dan kepikiran.

Bayangin deh ; dua anak perempuan yang baru selesai ujian SMA mendaki dengan bekal seadanya, dengan persiapan seadanya, yang satu fisiknya kuat sedangkan yang satu lagi sudah berkali-kali mau menyerah. Di tambah kondisi cuaca yang kurang bagus. Kasian kan?!

Ketika sampai di puncak, Saya melihat raut wajahnya bahagia banget. Sudah pasti Saya jadi ikut senang.

Tenda kami berdekatan, malamnya kami ajak ngobrol ngalor-ngidul, tapi sampai obrolan selesai mereka gak mau ngasi tau nama mereka. Yaudah, sepanjang obrolan, Saya dan teman-teman Saya manggil mereka dengan panggilan "heh anak SMA", dan kadang mereka kompak menjawab "udah mau lulus kakaaaaaaak" ha ha ha lagian sih gak mau ngasi tau nama.

Keesokan harinya, sebelum turun gunung mereka berdua minta foto bareng Saya dan teman-teman Saya. Sampai selesai foto masih kami ledekin tapi mereka gak juga ngasi tau nama mereka. Hadeeeeuh!

Saya sudah menginfokan alamat blog Saya. Semoga salah satu di antara mereka ada yang ingat alamat blog Saya dan membaca tulisan Saya yang ini.

2 pendaki gemes yang paling depan berhijab

Duhai Pendaki Gemesss... Berani itu bagus, keren. Melakukan hal nekat juga kadang diperlukan supaya hidup gak monoton. Tapi, segala sesuatunya harus di pertimbangkan dan perlu persiapan.

Tentang pendakian kemarin, bukan karena ketemu Saya dan teman-teman Saya kalian harus bersyukur, bukan. Tapi bertemu dengan siapapun kemarin, kalian tetap harus bersyukur dan berterimakasih sama Allah. Semoga yang kemarin itu di jadikan pelajaran dan jadi pengalaman yang keren dalam hidup kalian.

Selamat melanjutkan cita-citanya. Semoga lulus ujiannya dan semoga sukses kuliahnya.

Oh iya, ngomongin Pendaki Gemes, Istilah Pendaki Gemes itu kalo menurut kamu kaya apa?

Air Terjun Grejengan Kembar Magelang


Sudah orang kedua yang di tanya buat di mintai rute terdekat ke lokasi Air terjun Grejengan Kembar, tapi Saya dan teman-teman belum sampe juga. Ngikutin GPS malah kelewat dan muter-muter. Aduh...

Setelah memasuki gang yang tepat dekat dengan kantor kecamatan, jalur untuk menuju Grejengan Kembar malah banyak bercabang dan bikin bingung. Walaupun pemandangannya bagus bagus, kita bisa lihat hutan pinus dan perkebunan warga, tapi tetep aja yang namanya nyasar itu bikin pusing. Setelah tanya beberapa kali sama warga yang di temuin, akhirnya sampe juga. Itupun harus puter balik sana sini.

Memanfaatkan penduduk sekitar memang paling oke deh walaupun terkadang pada akhirnya suka ngaco. Intinya pinter-pinter kita aja membaca rute dan diperlukan juga ingatan yang kuat.

Ngomongin soal rute, gak tau kenapa kok dari jalan raya sampai ke pos pendaftaran pintu masuk Air Terjun Grejengan Kembar ini gak di pasang petunjuk arah. Padahal jalannya banyak yg bercabang dan bikin bingung.

Suasana Desa Wunengwarangan
Kehadiran Saya dan teman-teman Saya memang masih terlalu pagi untuk mengunjungi tempat wisata ketika Saya dan temen-teman sampai di lokasi. Iyalah. Masih jam 7an pagi gitu loh. Tapi ada untungnya juga kami datang jam segini, sepi!

Pos pendaftaran Air Terjun Grejengan Kembar berada di Dusun Citran, Desa Wunengwarangan, Kecamatan Pakis  Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Rumah-rumah di desa sini masih model jaman dulu banget. Ada sih yang sudah menggunakan model bangunan baru tapi rata-rata bangunan lama. Saya suka banget rumah-rumah bangunan lama. Sederhana dan ngangenin.

Rumah tempo doloe 
Dari sini, kita sudah tinggal jalan kaki menuju Air terjunnya. Gak jauh, kurang lebih 5 menit mengikuti petunjuk arah yang sudah di sediakan. Pemandangan yang di dapat berupa hutan pinus, bikin adem nyes.

Karena masih terlalu pagi dan belum ada pengunjung lain, Saya dan teman-teman bebas sesuka hati untuk berselfie di Air Terjun Grejengan Kembar.

Jalur menuju Air Terjun 
Air nya sejuk dan segar. Dasar sungainya berpasir dan bebatuan kerikil. Di sekitar Air terjun bisa kita lihat hamparan hutan pinus yang hijau. Bikin betah untuk berlama-lama di Air Terjun Grejengan Kembar ini. Serius!

Seperti namanya, Air Terjun Grejengan kembar ini memiliki 2 air terjun dengan ketinggian -+ 12 meter dan yang satunya -+ 18 meter.

Air Terjun Grejengan Kembar
Meskipun akses ke Air Terjun Grejengan Kembar sudah di aspal, tapi belum ada petunjuk arah sehingga kamu, yang mau ke sini, harus rajin tanya sama warga agar tidak tersesat.

Selamat main air-air manja ya, sobat.

Sego Dalem Pekalongan - Makan Mewah, Harga Murah


Yang namanya Backpacker, memperhitungkan pengeluaran saat trip itu jadi sebuah keharusan meski sebenarnya masih ada uang di dalam dompet atau di ATM, tapi biar bagaimanapun, jadi seorang Backpacker atau Traveller, kalo dapat sesuatu yang murah tapi enak itu kan sesuatu banget. Termasuk dalam hal makanan.

Makanan masuk dalam poin yang bener-bener harus di perhatikan. Salah masuk restoran yang harganya mahal, abis deh. Atau, di tipu-tipu sama yang punya restoran yang masang tarif makanan murah, eh tapi ternyata minum nya super mahal. Gak enak banget kan?! Saya pernah ngalamin di tipu atau di bodoh-bodohi sama yang punya resto. Hiks. Eh tapi apa yang Saya tulis di blog Saya kali ini bukan soal itu, tapi soal makan mewah tapi murah.

Makan murah tapi mewah ini sebenanrya banyak caranya, tapi salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah mencari tempat makan yang mewah tapi harga murah, yaaaa masuk kantong anak Backpacker lah.

Atas rekomendasi dari seorang teman, ketika Saya dalam perjalanan pulang dari Magelang ke Karawang lewat jalur pantura, tepatnya di Pekalongan ada restoran yang terlihat mewah tapi ternyata murah.

Sego Dalem Resto namanya. Berada tepat di pinggir jalan dengan arsitektur khas jawa, siapa saja yang melintas atau melihat Sego Dalem pasti akan berpikir kalo restoran ini super duber mahal. Sama dengan apa yang ada di pikiran Saya ketika sampai di restoran ini.


Menu-menu yang di sajikan tentu saja makanan khas jawa. Ada Soto tauto, garang asem, berbagai macam olahan ayam, sop dan lain lain, termasuk wedang ronde juga ada. Saya pesan Nasi Ayam Pepes tapi ternyata habis. Akhirnya Saya memesan Garang Asam dan minumnya Es Teh Manis Jumbo. Waw, melihat kata jumbo tentu sudah bisa membayangkan ukuran gelasnya yang super besar.


Ngomongin soal minumnya, di Sego Dalem ini banyak menyajikan paket yang sudah termasuk segelas minum teh jumbo itu.

Berapa seporsi Nasi Garang Asem dan Es Teh Manis Jumbo yang Saya pesan? Cukup bayar Rp. 30.000 saja sudah sama kerupuk. Murah kan? Murah dong. Soal rasa, jangan di tanya deh. Beneran enak!

Untuk harga rata-rata perporsi 15.000 s/d 20.000

Kalo kamu lewat Pekalongan, Saya merekomendasikan untuk mampir ke Restoran Sego Dalem. Selain harganya murah, pelayannya ramah, tempatnya mewah, dan tentu saja nyaman buat makan bareng keluarga atau teman-teman.

Untuk menemukan Restoran Sego Dalem ini sangat mudah. Berada di Jl dr Soetomo, persis di depan terminal Pekalongan.

Selamat makan, sobat.


Gunung Ciremai - Melawan Diri, Meraih Mimpi

Lautan awan yang menakjubkan
Perjalanan Saya kali ini langsung di sambut hujan ketika Saya dan teman-teman di Cikopo, menunggu Bis jurusan Kuningan yang rata-rata sudah penuh sesak dengan penumpang. Hujan yang cukup deras mengharuskan Saya untuk langsung melipir ke warung sambil ngangkut keril yang besar minta ampun. Biasanya Saya cuma bawa keril 55lt-65lt tapi kali ini Saya bawa yang 80 liter. edan! nekat aja ini mah bawa Keril segede kulkas.

Persiapan pendakian kali ini memakan waktu hampir 2 bulan. dari mulai ngumpulin teman-teman yang mau ikut, menyusun itinerary, galau-galauan antara jadi atau enggak, sampai akhirnya hari itu tiba juga.


Deg-degan banget! Meskipun Saya yang sudah beberapa kali mendaki gunung-gunung yang ada di jawabarat, tapi untuk pendakian ke gunung ciremai ini rasanya ada yang beda. banyak kekhawatirannya, termasuk khawatir apakah si pria berbadan besar ini sanggup sampai ke puncak tertinggi jawa barat, ciremai?

Mata masih ngantuk banget, sepanjang perjalanan sampai ke basecamp Palutungan Saya gak juga bisa tidur, akhirnya, selesai sholat subuh di warung dekat basecamp, Saya manfaatkan buat tidur sebentar saat teman lain sedang packing ulang. Kurang dari satu jam Saya di bangunin buat sarapan dan langsung bersiap untuk melakukan pendakian. alamaaaaak.. Ngantuk parah! beneran. Paling gak kuat kalo melakukan pendakin dalam keadaan kurang tidur gini, tapi mau gak mau pendakiannya harus di mulai.

Kali ini, karena yang di buka hanya Pos pendakian Palutungan, terpaksa deh lewat jalur ini, padahal mah maunya lewat jalur Apuy. Ada juga satu jalur lagi, yaitu Jalur Linggarjati, tapi tentu saja jalur itu gak cocok buat Saya. He he he

Jalur pendakian ke Puncak Gunung Ciremai  via Palutungan kita akan melewati kurang lebih 9 pos pendakian. Di mulai dari Pos Pendakian Palutungan itu sendiri, kita akan berjalan melewati rumah-rumah warga, lengkap dengan kandang kambingnya, he he he. terus kita juga akan melewati perkebunan milik warga sampai kita memasuki hutan dan berjalan terus kurang lebih dua jam sampai ke Cigowong. Jalur pendakiannya panjaaaaaaaang banget. untungnya tertutup hutan jadi gak panas dengan sinar matahari. 

Tepat di Cigowong ini ada bangunan semacam pendopo untuk beristirahat dan ada satu toilet. di sana juga ada mataair yang bisa kita gunakan untuk keperluan memasak.

Setelah beristirahat cukup lama, Saya melanjutkan perjalanan menuju Pos Kuta. sampai pos ini, yang kita temukan hanya hutan dengan pepohonannya yang cukup lebat. gak usah berlama-lama istirahat di pos ini, perjalanan masih sangat jauh dan lanjut jalan menuju Pos Pangguyangan Badak. Lelah syekali.... Lapar dan ngantuk parah. Tapi karena perjalanan masih sangat jauh, akhirnya terus lanjut ke Pos Arban. di pos ini Saya dan teman-teman buka bekel untuk makan siang sekaligus masak-masak dikit. Saya, yang dari awal pendakian udah ngantuk banget, akhirnya memilih tidur daripada makan siang. Pilihan bodoh memang, tapi yang ada di pikiran Saya waktu itu adalah "Saya harus tidur". Dan saat yang lain sudah selesai makan, Saya di bangunin dan di paksa-paksa buat dipersilahkan makan. Ah, badah Saya lemes, dan akhirnya makanpun cuma sedikit karena memang gak nafsu.

Duuuh.. Badan tetep lemes, ngantuk juga gak berkurang, dan rasa laper yang mengakibatkan jalan Saya semakin melambat. Perjalanan dari Arban ke Tanjakan Asoy yang normalnya 30 menit, sedangkan Saya waktu itu butuh waktu satu jam setengah. Jalur yang di lalui semakin curam dan gak jarang kita akan berpegangan pada akar-akar untuk melewati jalur ini. Sedangkan dari Tanjakan Asoy ke Pasanggrahan tempat Saya mendirikan tenda butuh waktu 1 jam untuk sampai sana, normalnya. Saya? dua jam! Sampai di Pasanggrahan hari sudah gelap.

Saya yang basah kuyub dengan keringat langsung mengganti kaos saat yang lain sibuk mendirikan tenda. jangan di tanya bagaimana lelahnya perjalanan Saya sampai di Pasanggrahan ini, esok dini hari perjalanan di lanjutkan ke puncak. Dari camp Palutungan ke Pasanggrahan ini normalnya di tempuh dengan waktu 6 sampai 7 jam, tapi Saya10 jam. hebat ya! he he he.. Harap di maklum, selain fakot badan yang besar, ngantuk juga jadi faktor yang memberikan pengaruh besar dengan lambatnya pendakian ini.

Buat yang sudah pernah mendaki atau sering mendaki, momen camping atau mendirikan tenda ini jadi salah satu momen favorit setiap kali mendaki. Selain bisa beristirahat, masih banyak kegiatan yang bisa di lakukan ; Masak, ngobrol, main games, atau kaya Saya, tidur!

Di saat lagi nyenyak-nyenyaknya tidur di dalam tenda, alarm bunyi, ini artinya Saya dan teman-teman  harus bersiap-siap dan segera melanjutkan perjalanan menuju puncak ciremai. Jam 3 dini hari. Rasa lelah Saya sudah jauh berkurang, tapi ada kendala lain, Saat mulai melanjutkan perjalanan menuju puncak Saya muntah-muntah, maag kambuh karena kemarin makannya sedikit banget. Untunglah ada obat dan Saya bisa melanjutkan perjalanan jam setengah 4 pagi.

Pendakian malam atau dini hari, buat Saya pribadi, momen ini jadi adegan yang Saya suka setiap kali mendaki. Berjalan di gelapnya malam, cahaya cuma dari lampu senter atau headlamp, gak ada suara apa-apa selain suara binatang. Sunyi. Dalam keadaan seperti ini, Saya seperti bisa berpikir dan melihat lebih jernih tentang apa yang ada pada diri Saya selama hidup. Merenung. Selain itu, membuat terasa lebih dekat sama Allah.

Perjalanan terus berlanjut sampai matahari terbit dan melewati Sanghyang Ropoh. dari Sanghyang Ropoh ini vegetasi sudah mulai terbuka, sampai ke pertigaan Apuy. Kenapa namanya Pertigaan Apuy? karena jalur ini semacam pertemuan antara jalur Apuy dengan jalur Palutungan, jadilah namanya pertigaan Apuy. Dari sini, kita bisa melihat pemandangan luas, jalur yang di lewati berupa bebatuan menanjak tanpa dataran lurus. Jalur seperti ini gak cuma bikin kaki pegel, tapi Saya jadi lebih cepat haus.

Ngomong-ngomong soal haus, dari tempat camp menuju puncak Saya gak banyak bawa bekal makanan dan minuman. Ini semacam bunuh diri sih. Tas keril dan perlengkapan lainnya di tinggal di tempat camp di Pasanggrahan, karena jika di bawa sampai puncak gak memungkinkan. Saya cuma bawa tas kecil yang isinya powerbank, buff, dompet, dan madu. Gak bawa makanan berat.

Di jalur pendakian mendekati puncak, Saya kehausan parah, dan tentu saja laper. perut sudah keroncongan dari tadi. di saat-saat seperti ini Saya melihat pendaki lain sedang makan roti tawar pake susu, rasanya gatel banget pengen minta atau ngedeketin si pendaki tersebut, tapi gak enak, pasti perbekalan dia juga sedikit. Akhirnya setiap ketemu pendaki Saya cuma minta air putih agar saya tidak dehidrasi.

Puncak Gunung Ciremai
Mendaki gunung itu berat, susah, dan banyak rintangannya, apalagi buat yang berbadan gemuk seperti Saya. karena kelelahan Saya berkali-kali ingin mengakhiri pendakian ini meskipun katanya puncak ciremai sebentar lagi. teman sependakian Saya berkali-kali juga menyemangati Saya untuk terus lanjut. "Ini bukan lagi setengah dari perjalanan, tapi ini mendekati garis finish. kamu harus sampai puncak", kata teman Saya menyemangati.

Setelah menggunakan metode 10 langkah berhenti, lanjut jalan, berenti lagi, dengan waktu yang cukup lama akhirnya Saya sampai juga di puncak ciremai. puncak tertinggi jawa barat. Indah sekali. Gumpalan awan, hijaunya pepohonan, langit yang cerah, rasanya semua apa yang sudah Saya upayakan terbayar. semua pengorbanan sampai ke puncak ciremai gak ada apa-apanya setelah melihat ini semua. Maksudnya, capek yang di rasa semuanya langsung hilang.

Puncak Gunung Ciremai
Dari perjalanan ke Puncak Ciremai ini Saya belajar banyak, tentang sesuatu yang memang sudah Saya sadari, tapi Saya makin menyadarinya di perjalanan kali ini. Yaitu tentang :
1. Sebelum mendaki istirahatlah yang cukup. tidur cukup. karena ngantuk mempengaruhi stamina kita
2. Lapar atau gak lapar harus tetap makan. paksain. tanpa asupan makanan kita tidak akan bisa melakukan pendakian dengan baik dan sehat
3. Lebih peduli dan mempersiapkan hal-hal kecil ataupun besar. Contohnya air minum. Jangan sampai kehabisan air.

Itu aja kurang lebih. Terimakasih sudah membaca ini sampai selesai.  Pendakian ke Puncak Ciremai jadi pengalaman penting buat Saya 😊






Review Novel Milea "Suara dari Dilan"


"Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu."
 Pidi Baiq (MILEA "Suara dari Dilan")

Novel ini seperti sebuah catatan klarifikasi dari Dilan tentang apa yg sudah terjadi antara dirinya bersama Milea. Lengkap!

Setelah dengan sabar baca lembar demi lembar, mencoba menyimak apa yang coba ingin dilan sampaikan, dan setelahnya Saya baru tahu banyak hal tentang apa yang telah terjadi, jujur aga kesel! Kenapa dulu begituuuuu? Kenapa gak gini? Kenapa gak begitu? Dilan... Milea... ah!

Dilan, terlalu gengsi. Milea, cuma bisa nunggu. Dua duanya memendam sendiri, gak ada yang berani nanya. Gak ada yg berani ngomong. Jadinya salah paham. Boom!

Waktu baca dua novel sebelumnya mungkin ada rasa kesal sama sikap Dilan. Begitu juga dengan Milea, kenapa gak bisa lebih sabar dalam menghadapi Dilan? Gggrr.... Tapi ya biar bagaimanapun Dilan dan Milea manusia biasa. Yang penting setelah berpisah gak saling lupa, gak saling benci. 😊

Ohya, buat kamu yang mengharapkan banyak cerita romantis tentang Dilan dan Milea, sayang banget di Novel MILEA "suara dari Dilan" ini gak banyak diceritakan. Apa ya, novel ini seperti lebih dikhususkan untuk menjawab apa yang bikin kita penasaran di novel DILAN "Dia adalah Dilanku tahun 1990" dan novel DILAN "Dia adalah Dilanku tahun 1991"

3 seri buku Dilan
Dari ketiga serial DILAN, tentu novel pertama nyalah yang paling juaraaaaaa banget. Tapi yg ketiga ini buat saya pribadi banyak memberikan pelajar-pelajaran berharga. Pidi Baiq mengemasnya dengan sederhana sehingga hati dan pikiran saya mampu menerimanya dengan utuh.

Kamu belum baca satupun Novel DILAN karya Pidi Baiq ini? Rugi!! Banyak dari teman Saya yang sudah baca novel ini dan semuanya suka. suka sama sosok Dilan, suka sama Milea, suka sama alur ceritanya, suka sama Bandung waktu itu, suka sama penulisnya, suka sama semuanya.

Terimakasih buat kisah nya ya Dilan dan Milea.

Terimakasih selalu buat Ayah Surayah @pidibaiq yang sudah menulis kisah nyata ini menjadi sesuatu yang bisa di nikmati dan bisa di ambil banyak pelajaran. Keren!!!!

Air terjun tinngi, Patung super besar sampai larangan motret di makam

Air Terjun Grojogan Sewu
Karanganyar, wisata-wisatanya bisa di bilang kurang femiliar, iya gak sih? banyak orang yang belum tau di karanganyar ada wisata apa aja, kayanya ketutup deh sama wisata di Solo, Solo lebih femiliar ya di banding Karanganyar, tapi ternyata Karanganyar punya banyak tempat wisata yang keren loh.

Desember 2016 lalu Saya sempat menghabiskan waktu di Karanganyar sambil mengantar teman-teman yang naik ke Gunung Lawu, sambil nunggu mereka turun dari pendakian, Saya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Karanganyar. Ternyata banyak banget wisatanya.

Dataran tinggi Tawangmangu
Secara geografis, wilayah Kabupaten Karanganyar berada di sebelah timur, utara dan barat dari kota Solo. Letak geografis Kabupaten Karanganyar berada di provinsi Jawa Tengah bagian selatan yang langsung berbatasan dengan Jawa Timur. Tentu saja Karanganyar jadi tempat yang sangat strategis.

Ada Tawangmangu, sebuah daerah dataran tinggi di Karanganyar yang menyimpan pesona keindahan dataran tinggi. Seperti daerah dataran tinggi lainnya, Saya di sambut dengan rindangnya pepohonan, jalanan yang naik turun dan juga bukit-bukit yang banyak.
Gerbang masuk Candi Cetho
Candi Cetho, sebuah Candi peninggalan agama Hindu ini berada di atas ketinggian. Udaranya sejuk banget.Candi Cetho masih aktif di gunakan untuk ibadah, kebetulan banget pas Saya baru masuk di gerbang masuk ke Candi, Saya berpapasan dengan warga yang baru selesai ibadah. Mereka semua ramah, Saya sempat mengobrol dan mengajak selfie. Bukan bermaksud gak sopan, maksud Saya cuma mau mengabadikan momen, kebetulan si Bapak yang Saya ajak ngobrol juga gak keberatan. cekrek!
Foto bersama warga
Jujur saja, menurut Saya Candi Cetho adalah salah satu candi yang paling rapi di Indonesia, bersih dan pemandangan di sekelilingnya indah banget. dari atas sini kita bisa melihat keindahan Kota Karanganyar.

Kalo kamu ada waktu lebih, bisa juga mengunjungi candi lain di sekitar komplek candi cetho, yaitu candi saraswati dan candi kethek. Ada perunjuk arah menuju candi candi itu, jalan kaki sekitar 5-10 menit sudah sampai ke candi saraswati dan candi kethek.

Candi Saraswati
Selain candi, ada juga Air terjun super keren yang bisa di kunjungi di Karanganyar ini, yap, Air Terjun Grojogan Sewu! Lokasinya mudah banget di jangkau, dekat dengan tempat wisata New Balaikambang.

Setelah membeli tiket seharga Rp. 10.000, kita akan menuruni anak tangga yang banyak, memasuki pohon yang rimbun dan tinggi. Saya takjub sekali melihat Air terjun Grojogan Sewu yang super tinggi, kira-kira 80 meter tingginya, dan kalau kita mendekat sudah pasti kecipratan air, kebetulan Saya lagi males basah-basahan, jadi Saya memandangi air terjunnya dari kejauhan.

Aliran sungai Grojogan Sewu
Selain air terjun, di sana juga ada kolam renang, flying fox dan banyak warung makanan yang menjual sate kelinci. Kalo kesana, hati-hati deh sama makanan kamu, soalnya banyak monyet yang suka ngambilin makanan. katanya sih gak cuma makanan, tapi monyet-monyet di grojogan sewu ini juga suka iseng ngambilin barang-barang seperti perhiasan dan kamera kalo pemiliknya lagi lengah.

Ada New Balaikambang, sebuah tempat wisata yang menyajikan miniatur-miniatur dari beberapa keajaiban yang ada di dunia seperti tembok cina, menara eiffel dan banyak lagi. tiket masuknya rp. 12.000/orang. Saya sih ogah masuk, kurang menarik kalo cuma miniatur-miniatur. he he he

Pas banget hujan turun, di depan New Balaikambang ada sebuah cafe (saya lupa banget namanya), di Sana sambil nunggu hujan reda, Saya sempat memesan cokelat panas dan roti panggang. Nikmat banget, udara yang dingin, hujan, cokelata panas dan roti panggang sudah cukup melengkapi momen waktu itu meski gak sama pendamping.

Patung Semar
Jangan di lupain, di Karanganyar juga ada tempat wisata yang cukup menarik tapi murah meriah. Bayar seiklasnya untuk masuk dan berfoto bareng Patung Semar super gede ini. Selain patung ada juga bangunan di dekat patung yang terlihat unik bentuk bangunannya.


Selain wisata alamnya yang bagus, di Karanganyar juga ada Astana Giribangun, sebuah makam mantan presiden RI kita, Bapak. Soeharto.

Lorong masuk ke makam
Saya merekomendasikan datang ke makam nya malam hari, lebih dapet aja sunyinya. tapi emang aga sedikit horror sih, soalnya emang jarang pengunjung yang datang malam hari kecuali ada momen-momen tertentu.

Kawasan makam terkesan mewah banget.

Di makam Bapak Soeharto akan ada pemandu yang nemenin kunjungan kita. Awalnya, di depan pintu masuk ruang utama makam kita akan di ajak untuk dzikir dan berdoa. Ketika kita sedang duduk untuk berdo'a, dari sini makam Bapak Soeharto keliatan dari ukiran-ukiran kayu yang berlobang.

Setelah selesai, kita akan di ajak masuk ke ruang utama yang isinya ada makam Bapak Soeharto, Ibu Tien dan satu lagi Saya lupa.

"Mohon maaf, tidak boleh ada yang memotret di dalam. kalo mau berfoto untuk kenang-kenangan, ada petugasnya, biaya nya RP. 30.000 sudah sekalian cetak" kata pemandu sebelum mempersilahkan Saya masuk ke ruang utama makam.

Oh....