Betewe, sambil baca tulisan ini, sambil seruput kopi lebih mantap, sob.
Jadi, sebenarnya di tulisan kali ini Saya mau membahas, mau bercerita dan sedikit beropini tentang nasib para traveller yang tidak jarang mendapat cibiran, komentar atau sindiran mengenai "hobi" mereka yang katanya hobi tersebut menghabiskan uang, buang-buang waktu, dan masih banyak lagi.
Ada orang yang travelling karena dia sedang menunggu sesuatu, sehingga dalam penantiannya itu dia isi dengan kegiatan travelling. Ada!
Ada orang yg travelling karena sedang mengobati "rasa sakitnya". Ada!
Ada orang yg travelling karena dia sedang menikmati masa "berpunyanya", mungkin masalalunya "kurang mencukupi secara materi". Ada!
Ada orang yg travelling karena dengan travelling dia bisa ketemu sesama jomblo & siapa tau berjodoh. Ada!
Ada orang yg travelling karena agar tidak kesepian. Ada!
Ada orang yg travelling karena sekedar ingin. Ada!
Ada orang yg travelling karena memang sudah dia anggarkan dari pendapatannya tiap bulan. Ada!
Ada orang yg travelling karena ingin mendapatkan foto yg keren dan kekinian. Ada!
Ada orang yang travelling karena ingin mencari inspirasi. Ada!
Ada orang yang travelling karena memang profesinya sebagai travell writter. Ada!
Travelling memang menyenangkan, tak jarang dengan travelling bikin lupa akan sesuatu yang sedang mengganjal di hati & pikiran.
Tapi di balik bahagia & rasa senang seseorang melakukan travelling, kita tidak tahu alasan apa yang membuat seseorang hobi & senang menjalaninya.
Apakah orang yang sering travelling harus melulu di pandang negatif? Apa orang yang suka travelling harus melulu di komentari dengan cibiran? Apa orang yang hobi travelling berarti secara otomatis dia adalah orang yang tidak bisa bersosialisasi, orang yang tidak taat Agama, orang yang tidak peduli sosial? Apa iya? Apa orang yang sering travelling berarti secara pantas dia diperbolehkan untuk di sindir sana sini? Hah?
Eh, kenapa Saya repot-repot nulis ini?
Hhhmmm... Secara pribadi Saya beberapa kali mengalami sindiran-sindiran di media sosial oleh teman-teman yang berkaitan dengan hobi Saya ini. Bukan hanya Saya yang mengalaminya, tapi banyak dari teman-teman Saya yang mengalami hal sama dan menceritakannya pada Saya. Saya tidak tahu apa maksud di balik sindiran atau cemoohan itu. Mungkin untuk menunjukan bahwa yang berkomentar sudah berada di level yang dia rasa bahwa dia lebih bahagia? Mungkin untuk mengingatkan tapi dengan cara menyindir? Atau mungkin karena sirik? Tak mampu? Atau yang lainnya..
Apa salahnya melakukan kegiatan travelling selama dalam jalur yang positif? Maksudnya, selama dalam travelling dia tidak melakukan seks bebas, atau narkoba, atau minum alkohol, atau travelling sambil makan soto kuah tanpa sendok, makannya pake tangan. He he he
Tulisan Saya ini bukan di maksudkan untuk kembali menyindir teman-teman yang sudah menyindir, sama sekali bukan. Bukan juga untuk klarifikasi. Harapannya, semoga kita bisa jadi orang yang lebih menghargai satu sama lainnya. Bisa saling menjaga perasaan & keharmonisan persaudaraan. Jika tidak suka, jangan ikut-ikutan.
Seberapa sering seseorang melakukan travelling itu kembali pada hak masing-masing. Jangan memandangnya menjadi sesuatu yang sangat negatif, toh travelling menggunakan uangnya sendiri kan?
Melakukan sebuah perjalanan atau Travelling itu penting, sobat. Bahkan dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa seseorang itu, khususnya para pekerja, harus melakukan liburan minimal 3 bulan sekali. Nah, lagi lagi Saya katakan, seringnya orang melakukan liburan itu kembali pada hak masing-masing.
Jika kita lihat lebih dalam, semua itu tergantung pada niat sebenarnya. Niatnya mau tafakur alam, melihat keindahan ciptaan Allah? Atau niatnya mau mencari ketenangan dengan versinya sendiri? Atau niatnya mau menguji adrenalin? Atau bahkan niatnya cuma mau ngisi waktu luang? Semua tergantung niat dan setiap orang punya alasannya masing-masing.
Buat kamu Traveller yang terdzolimi, SABAR ya, bisa jadi komentar/sindiran/cibiran yang datang padamu itu menjadi pengingat agar kamu tetap mengontrol hobi kamu. Jangan kebablasan, karena kamu juga punya hidup yang lain selain travelling.
Yang penting, Travelling tak menjadikanmu orang yang apatis, cuek dengan sekitar, dan tidak menjadikanmu jauh dari Agamamu.
Kamu, lebih tau apa yang membuat dirimu bahagia.
Salam, Ransel!
Syafroni Agustik
0 Comments:
Posting Komentar