Nyariin si Dilan ketemunya Pidi Baiq

Ayah Pidi Baiq
"Ka Widi mau ikut gak ke Bandung? Ada acara Bedah Novel Dilan" Saya mengirim pesan singkat Whatsapp ke Ka Widi dan setelah dia jawab sekaligus nanya-nanya acara apa itu, akhirnya dia mengiyakan juga buat ikut. "Tapi kita berdua aja nih, Kang Oni?" - "Tenang, Saya racunin yang lain juga buat ikut". Karena mungkin ajakannya dadakan jadi banyak yang udah punya acara masing-masing, tapi untunglah Teh Yuni mau ikutan juga. Saya langsung daftarin nama mereka dan langsung transfer uang pendaftarannya ke panitia acara Bedah Novel Dilan ini yaitu PersLima para Mahasiswa dari UPI Bandung kampus Cibiru.

Otewe Bandung dari Karawang
Teh Yuni dan Ka Widi, mereka berdua belum pernah baca Novel Dilan karya Pidi Baiq itu, tapi sepengakuan mereka, Pidi Baiq gak asing di dengar dan katanya review novel Dilan yang mereka dapet komentarnya banyak yang bilang bagus. Saya setuju banget. Mangkanya Saya gak ragu ngajak mereka buat ketemu langsung sama penulis Novel Dilan, yaitu Pidi Baiq. Tujuan Saya ngajak mereka gak lain dan gak bukan adalah untuk menularkan virus Dilan. He he.. Kebetulan juga Ka Widi dan Teh Yuni adalah dua orang teman Saya yang suka baca diantara banyak teman Saya diluar sana.

Jam 05.40 kami jalan dari Karawang. Ka Widi yang bawa mobil dan Ka Widi juga yang nyetir. He he  selama perjalanan Saya ceritain sedikit isi novel Dilan, mereka penasaran isinya dan gak sabar buat nyari si Dilan di dalam Novel.

Meskipun Novel Dilan adalah kisah nyata tapi sampai sekarang belum ditunjukkan siapa Dilan yang sesungguhnya, seperti apa kehidupannya sekarang, dan bagaimana penampakan Dilan sesungguhnya? Belum ada yang bisa memastikan, tapi ada satu sosok yang bisa di temuin sekarang yaitu penulisnya, Pidi Baiq!

"Ayah" biasa dia di panggil, pada hari itu di Sabtu pagi yang sebenarnya Saya masih ngantuk, Ayah datang telat. Sehingga pas dia datang sudah gak pagi lagi dan sudah gak ngantuk juga. Saya yang sejak lama ingin sekali ketemu langsung akhirnya terwujud juga di hari itu.

Ketika moderator memanggil, Ayah Pidi langsung masuk ke ruangan aula UPI kampus Cibiru dan naik ke atas panggung. Suasana jadi cair setelah tadi rasanya membosankan banget karena panitia gak menyiapkan acara ketika Ayah datang telat. Di atas panggung Ayah langsung buka dengan pernyataan "Siapa yang mau nanya silahkan. Aku gak mau ngomongin apa yang kalian gak mau denger. Jadi silahkan bertanya" kata Ayah. Beberapa peserta Bedah Novel Dilan langsung mengacungkan tangan yang artinya itu mereka mau bertanya. Pertanyaannya standar sih tapi jawaban Ayah yang gak standar.

Sebagai contoh pertanyaan "Ayah, Dilan itu siapa sih?" lalu Ayah jawabnya "Dilan itu Hamba Allah" ha ha ha Saya ngakak."Di Novel Dilan Aku gak ngomongin Dilan aja, Aku bicara banyak tentang sejarah, story, bagaimana cara menjadi Ibu, tentang remaja, filsafat dan lain-lain"

Contoh pertanyaan lain "Gimana cara merangkai kata yang bagus dan enak di baca" seorang perempuan berhijab bertanya, dan Ayah menjawab "Nulis aja. Jangan baper sama komentar bahkan cacian orang lain. Terus Saja berkarya. Merangkai kata-kata harus dibiasakan, gak bisa instan. Aku harus berterimakasih sama orang tua Aku karena telah menjadikan ruang tamu di rumah sebagai perpustakaan. Karena itu Aku suka baca dan jadi tertarik sama kata-kata. Intinya, terus saja menulis dan berkarya. Jangan ingin lebih baik dari orang lain, tapi jadilah lebih baik dari diri kamu yang kemarin. Barang siapa jika ingin di puji maka kau akan mati oleh caci maki. Jadi santai saja." kata Ayah Pidi Baiq yang aslinya dia ngomongnya lebih panjang lebar dari apa yang Saya tulis di blog ini.

Teh Yuni, Mba Widi, Pidi Baiq & Saya
Ada juga pertanyaan dari salah satu peserta, pertanyaannya "Ayah, kenapa judul novelnya DILAN bukan Adi atau Meri?" lalu Ayah menjawab "Karena boleh". Terkadang jawaban Ayah nyeleneh dan aneh, tapi itulah dia. Bukan bermaksud beda dengan yang lain tapi karena ingin jadi diri sendiri seperti yang dia mau. Menarik!

Setelah melakukan talkshow Ayah sempet nyanyi 4 lagu. Di antara 4 lagu itu ada satu lagu yang bikin baper judulnya "Ibu". Dibawakan oleh Ayah dengan penuh penghayatan. Dan Saya mendengarkannya dengan khusyu, sambil membayangkan Ibu Saya.

Saya memperhatikan selama Ayah berbicara di atas panggung hampir semua dari peserta tertawa lepas, termasuk teman Saya Ka Widi dan Teh Yuni. Mereka berdua berkomentar "Saya ngefans deh sama Ayah. Bodor banget." gak cuma itu sih, tapi mereka juga bercerita kalo pribadi Ayah yang sederhana dan rendah hati jadi poin besar juga kenapa banyak yang menyukai sosok Pidi Baiq.

Saya bersama Pidi Baiq
Setelah itu semua, satu sesi yang paling suka dari acara kemarin adalah sesi foto. Pidi Baiq ternyata ramah sekali. Saya sempat nanya kapan film Dilan release, "Secepatnya. Ya, secepatnya." jawab Ayah dengan semangat. Terus Ayah juga sempet nanya apa pekerjaan Saya, langsung Saya jawab dengan tidak serius "Pelayan di restoran Pizza." Kata Saya dan Ayah meresponnya dengan bengong.

Sukses terus buat Ayah Pidi Baiq. Semoga juga filmnya nanti susuai harapan.

Dan hari itu, Bandung jadi indah, keren dan bersejarah karena akhirnya Saya bertemu dan ngobrol langsung sama penulis idola Saya.

2 komentar:

  1. Yeayyy yg akhirnya bs ktemu ama idola ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha ha ha iya dong ka widi. Akhirnyaaaa.. Gimana ka widi novel dilannya udah mulai di baca?

      Hapus