Java Homestay - Penginapan Murah di Kota Batu, Malang

Penampakan Java Homestay Batu - Malang
Hari gini, nyari info sebuah penginapan udah gak susah-susah lagi ye selama tempat tujuan kita itu memang tempat wisata, bukan dunia lain. Semuanya cukup mudah di jangkau dengan dunia internet dan dunia mobile aplikasi, tinggal modal kuota atau wifi gratisan buat berselancar. he he. semuanya ada, mau hotel, hostel, villa atau homestay sekalipun.

Keuntungan dengan mencari info di dunia internet terlebih dulu, kita jadi gak usah repot-repot datang langsung buat survey ke lokasi, karena dengan review-review dari 'mantan' customer yg ada di internet, itu udah cukup kok buat jadi tahu juga bagaimana kebersihan di sana, service nya baik atau tidak, lokasinya seperti apa dan kita juga bisa tahu berapa biaya yang sekiranya akan kita keluarkan.

Kebetulan Saya dan teman-teman mau traveling ke Bromo, setelah pulang dari Bromo kami butuh penginapan buat istirahat satu malam di Kota Malang dan sekitarnya buat tanggal 09 Juli 2017 yang sekiranya penginapannya tidak jauh dari Stasiun Malang Kota. Saya coba cari-cari informasi hotel via aplikasi tapi hotel di sekitar sana mahal semua. Secara ala-ala Backpackeran jadi mau nyari yang murah tapi nyaman, kalo penginapan yang harganya tinggi Saya langsung pura-pura cuek deh. he he he.

Salah satu alasan kenapa gak menginap di hotel karena jumlah kami yang cukup banyak, yaitu beranggotakan 12 orang. kalo nginep di hotel jadi terpisah-pisah dong. Nah, akhirnya Saya coba searching deh penginapan di Kota Batu, kebetulan kan di sana banyak homestay dan villa dan kebetulan juga Jarak Kota Malang dan Kota Batu gak begitu jauh. 30 menit sampai satu jam udah sampe.

Untuk mencari infromasi homestay di Kota Batu sangat mudah, banyak bertebaran di blog dan situs web, kita tinggal pilih saja mana homestay yang kita suka. Sebelum Saya deal sama homestay yang Saya sewa, Saya sempat menghubungi ke beberapa nomor telpon homestay via telpon tapi sayangnya yang berbicara di ujung telpon sana tidak ramah menjawab beberapa pertanyaan Saya, huh, paling gak suka yang seperti itu, langsung aja deh homestay tersebut Saya blacklist, buat Saya keramahan untuk menghadapi customer itu nomor satu. Dari beberapa hometay yang Saya telpon, ada Java Homestay yang responnya cepat sekali dan juga ramah, dan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan Saya yang banyak. 

Java Homestay beralamat di Jalan Oro-oro ombo, Kota Batu - Malang, dekat sekali dengan Batu Night Spectacular. tepatnya sebelum kantor PDI, beberapa meter sebelum kantor.

Ruang berkumpul
Ketika tiba di Java Homestay teman-teman Saya langsung sumringah semua karena bangunan Java Homestay ini kece, dalamnya juga bersih, nyaman, dan luas. Gak rugi deh dengan harga sewa murah tapi tempat dan pelayanannya bagus. 

Desain dari Java Homestay ini bergaya modern 2 lantai, ada 3 kamar tidur yang cukup luas, ruang bersantai, dapur, TV, dan sofa. Java Homestay cocok banget buat yang mau liburan bareng keluarga atau bareng teman-teman. Nilai plus dari Java Homestay menurut Saya karena lokasinya dekat sekali dengan Batu Malang Spectacular (BNS) hanya berjalak 150 meter.

Sedangkan kekurangan dari Java Homestay yang paling terasa adalah kamar mandinya. Walapun kamar mandinya bersih tapi sayangnya cuma di sediakan satu kamar mandi. Jadi, kebayang dong butuh waktu berapa lama buat Saya dan teman-teman yang berjumlah 12 orang untuk mandi bergantian? apalagi kalo kebelet buang air besar, repot karena toilet ada di dalam kamar mandi.

Dapur untuk masak, bukan untuk bakar mantan :(
Sebenarnya di Kota Batu ini banyak banget homestay dan hotel, maklumlah karena memang Kota Batu ini menjadi Kota Wisata, sehingga kita tidak begitu sulit mencari informasi penginapan di sana. Tapi tetap harus di perhatikan dan hati-hati ya jangan sampai terjerat calo, apalagi ketipu. 

Harga untuk menginap di Java Homestay Saya dikenakan tarif Rp. 500.000/malam, tanpa sarapan. kebetulan Saya ber12 orang, jadi 500.000 di bagi 12  perorangnya kena Rp. 42.000. Murah dong! di banding harus nginap di hotel. Kelebihan dari menginap di Homestay tuh terasa kekeluargaannya dan serasa di rumah sendiri. apalagi Java Homestay menyediakan guling juga, makin mantap deh kaya di rumah sendiri. Catatan buat yang mau menginap di sana, harga 500.000 itu maksimal 12 orang, jika lebih dari 12 orang biayanya nambah lagi.

Saya dan teman-teman
Oh iya, jika matahari sudah terbit menyinari relung hati yang galau, #eeeh.. maksudnya menyinari alam kota batu, dari balkon lantai dua Java Homestay kita bisa melihat pemandangan alam yang hijau dan gunung-gunung kece. segeeeeeer... Kalo mau ibadah juga enak banget karena persis di samping Java Homestay ada mushola.

Sepertinya itu aja review dari Saya. Semoga bermanfaat ya! Mohon maaf belum pandai bikin review penginapan. he he he

*Untuk reservasi hubungi 085335673853 atau 081230913609

Pengalaman Mendaki Gunung Cikuray (2818 mdpl)

View dari jalur pendakian
Setiap kali berhasil sampai ke puncak gunung, Saya gak pernah berpikir bahwa orang lain akan berkata Saya hebat karena Saya bisa sampai puncak dengan kondisi badan Saya yang gemuk ini. Saya juga gak merasa sakit hati ketika ada yang bilang kalo terus-terusan mendaki gunung kok gak bikin badan Saya bisa lebih slim? Hal yang penting adalah bukan sampainya Sayadi puncak gunung atau badan Saya jadi lebih kurus, tapi ini tentang kebahagiaan yang kadar bahagianya hanya Saya dan orang-orang yang cinta dengan dunia pendakian yang bisa rmerasakannya. Dan yang lebih penting lagi adalah soal pengupayaan usaha dan kesabaran yang extra besar yang harus Saya keluarkan lebih, Saya belajar untuk bisa lebih dalam berusaha dan maksimal dalam berbuat.

Saya mendapat kebebasan, ketenangan, dan yang tak kalah penting adalah dalam tiap prosesnya Saya bisa menambah kepekaan diri, karena dalam keheningan alam Saya bisa berdialog lebih dekat dengan diri Saya sendiri yang selama ini Saya abaikan kepentingannya. Padahal berdialog dengan diri sendiri itu amat sangat penting, supaya bisa evaluasi dan memahami apa yang sebenarnya di inginkan sama diri ini.

Sebuah peristiwa gagal mendaki ke Gunung Merbabu akhirnya membawa Saya ke Gunung Cikuray bersama Fauzi, Gerdy, Mula, Vita, Tari dan Ijah. Pendakian ke gunung Merbabu yang sudah di rencanakanterpaksa gagal karena salah satu teman yang jadi guide harus di rawat di rumah sakit. Mau gak mau deh Saya dan teman-teman merubah haluan ke Gunung Cikuray di H-2 keberangkatan.

Bersama mereka pendakian jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan meskipun selama jalur pendakian Saya di bully abis-abisan karena terlalu banyak bawa baju ganti. Katanya Saya ini kaya mau fashion show. Hihihi.. Yap Yap Yap, Saya yang tidak nyaman dengan baju yang basah berkeringat ini jadi susah lepas dari baju kering. Hasilnya tiap kali mendaki atau travelling, Saya selalu bawa baju cadangan lebih banyak dari yang lain meskipun sebenarnya baju cadangannya gak banyak banyak banget sih, paling saya lebihin 1 atau 2 kaos.

Sebelum Saya cerita ke inti pendakian, Saya kenalkan dulu ya sosok-sosok yang menemani Saya di pendakian super ini.

Dari kiri : Roni, Fauzi, Vita, Gerdy, Tari dan Ijah. (*Mula yang motoin)
Pertama ada Fauzi, dulu jadi teman satu kampus tapi beda jurusan, dari jaman kuliah selalu bareng sampe akhirnya bisa sama-sama naik gunung untuk yang pertama kalinya ke Gunung Gede dan sampe sekarang entah udah berapa gunung yang di daki bareng-bareng. Kedua ada Gerdy, waktu mendaki Gunung Cikuray jadi personil yang paling muda, eh tapi sekarang udah nikah duluan. Ketiga ada Tari, ledies strong yang di pos dua masih sempet-sempetnya dapet telpon dari kantor urusan kerjaan. Keempat ada Vita, perempuan bawel, suka nyanyi dan kentutnya bau. Kelima ada Yuliza atau Ijah yang pendiem dan kalem. Terakhir ada Mula, cewek sunda yang udah mendaki gunung mana mana tapi selalu rendah hati.


Kamis, 07 Agustus - Menuju Garut

Setelah disepakati bahwa Gunung Cikuraylah yang akan menjadi tujuan kami, beberapa dari kami mulai mencari informasi mengenai transportasi, trek pendakian, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan pendakian kami kali ini.

Kami sepakat buat ketemuan di kampung rambutan. tempat ini di pilih karena memang yang paling strategis buat semua, terkecuali buat Saya yang mesti jauh-jauh dari Karawang. Jika di tanya kenapa Saya gak nunggu di kilometer 57 aja, jawabannya ya karena Saya khawatir gak satu bis sama teman-teman lain. Terus, Saya juga harus ketemu teman dulu di Kebon Jeruk. Ketika yang lain sudah sampai di terminal kampung rambutan, Saya masih nunggu fauzi di Citraland dan nunggunya itu lamaaaaaa banget. Bayangin ya, kami janjian di kampung rambutan jam 7 malam, tapi karena Saya harus nunggu Fauzi, jadinya jam sepuluh Saya baru sampai Kampung Rambutan. Tapi Alhamdulillah masih dapet bis menuju Garut.

Kami tiba di garut jam 3 pagi. Kami semua turun di Cilawu, kalau temen-temen naik bis dari Jakarta tinggal bilang aja mau ke Gunung Cikuray, InshaaAllah keneknya tau. Saya melihat ada pangkala ojeg dan Saya langsung tanya berapa tarif ke Pos Pendakian, tarif yang mereka tawarkan sebesar 30.000 sekali jalan. Setelah tawar menawar dengan sengit yang hasilnya nihil, akhirnya deal juga deh, tapi mereka menawarkan supaya kami ke rumah warga dulu buat beristirahat, paginya sekitar jam 6an baru akan di jemput lagi dan di antarkan sampai ke Pos Pemancaran Gunung Cikuray. Tawaran yang gak boleh di sia-siakan, deal! kebetulan banget kami semua butuh istirahat.

Di sana banyak rumah warga yang siap dijadikan tempat untuk beristirahat para pendaki. kebanyakan rumah warga yang di jadikan tempat beristirahat ini ada warung makannya, jadi kita bisa sekalian pesen makan, dan kayanya warga juga sudah kerjasama dengan ojeg-ojeg yang ada di pangkalan yang memang biasa dijadikan alat transportasi para pendaki menuju pos pendakian.


Rumah warga tempat kami menginap. Gratis!
Packing barang-barang jadi satu hal yang pertama kali kami lakukan ketika sampai di tempat beristirahat. Ada perdebatan sengit waktu itu mengenai tenda dan logistik akan dimasukan ke keril siapa. Seperti yang sudah Saya ceritakan sebelumnya kalo di pendakian kali ini personil perempuan lebih banyak daripada personil laki-laki. 3 orang personil laki-laki itu Saya, Fauzi dan Gerdy. Sedangkan tim dari perempuannya ada Mula, Tari, Vita dan Yuliza yang suka ngambek kalo di panggil Ijah.

Tari, salah satu perempuan tangguh yang kekeuh buat ngisi logistik di dalam kerilnya dengan suka rela. sedangkan kami para cowok gak tega buat ngebebanin perempuan. ha ha ha. padahal lebih tepatnya gengsi. Akhirnya tas keril Saya penuh dengan logistik, Kerilnya Gerdi penuh dengan tenda dan beberapa perlengkapan seperti kompor dan nesting, sedangkan kerilnya Fauzi penuh dengan tenda. Dan tas kerilnya para ledies itu penuh dengan perlengkapan pribadinya masing-masing.



Jum'at, 08 Agustus - Pait Pait Pait


Di dalam rumah warga itu Saya berusaha tidur dan berharap bisa merem lebih lama, tapi baru sekejap udah di bangunin sama Fauzi buat sholat subuh dan siap-siap buat berangkat karena sekitar jam 6an kami akan di jemput sama abang-abang ojek. Lalu selesai sholat subuh kami sarapan dan nyempetin nyapa anak-anak kecil yang sedang berangkat sekolah.Dadah manja lah sama anak-anak itu.

Aktifitas warga pagi itu keliatan sibuk, dan udara yang dingin banget itu sebenarnya paling cocok buat tidur, tapi apalah daya, Saya dan teman-teman harus segera berangkat menuju pos pendakian. Masing-masing dari kami naik satu ojeg, di atas motor Saya kedinginan tapi gak bisa berbuat banyak juga karena di atas motor itu sambil riweuh mempertahankan posisi yang stabil agar tidak jatuh karena jalanannya ngeri banget.

Melewati rumah-rumah warga, melihat warga berjalan kaki sambil senyum setiap kali Saya menyapa, bahkan ada beberapa yang dadah dadah genit, ramah syekali, lalu perjalanan menaiki motor itu di sambut dengan  perkebunan teh yang luas bingit. Ketika lagi asyik-asyiknya menikmati hijaunya perkebunan teh, motor yang kami naiki berhenti, kami di sambut sama petugas dan di arahkan ke pos untuk membayar karcis di loket. karcis ini bukan simaksi pendakian, tapi karcis untuk masuk ke wilayah pos pendakiannya, jadi double gitu bayarnya. Perjalanan di lanjutkan membelah perkebunan teh yang saking luasnya seperti gak ada habis-habisnya itu perkebunan tehnya.

Pos Pemancar. View nya OK ye..
Di setiap pendakian atau perjalanan traveling ada saja yang bikin kesel dan jengkel, saking jengkelnya kadang malah jadi bikin ketawa ngakak karena hal itu justru keliatan bikin kaya orang oon. Seperti pengalaman Saya dan teman-teman yang satu ini nih. Jadi ceritanya pas pagi-pagi sebelum berangkat Kami pesen makanan yang di bungkus buat makan siang di jalur pendakian. makanan itu di bungkus kertas nasi dan dimasukan ke plastik item, entah apa yang terjadi nasi bungkus yang akan jadi bekal itu ketinggalan di dekat pos pendaftaran. unch banget kan?! Kami semua baru sadar pas udah melewati pos 1, sebelum pos 2. Mau balik lagi bakalan menguras energi, makan waktu banyak dan diantara Kami gak ada yang mau balik lagi juga. capek! So pasti pas waktunya makan siang kami semua cuma masak mie instan, itu juga masih dongkol tapi masih sempet-sempetnya sih ngebayangin nasi + telur dadar + sambel + tempe yang ketinggalan itu. 


Trek awal pendakian. nanjak.. nanjak..
Berhubung ini hari jum'at, jam 11 siang kami udah istirahat buat sholat dan masak makan siang ala kadarnya. Jam 1 siang Saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan. Trek menuju Pos 2 walaupun terus menanjak tapi masih tanah dan mudah buat di lalui. Jalanan cuma setapak, jarang nemuin tanah yang cukup lapang buat selonjoran apalagi buat mendirikan tenda. Setelah Pos 2 bersiaplah untuk menuju pos 3 yang jadi jalur terpanjang di Gunung Cikuray via Pemancar ini. Dengan trek yang nanjak maksimal, dengkul ketemu dagu atau dengkul ketemu gigi, rempong kan? belum lagi tangan yang harus berpegangan sama akar-akar agar proses naiknya lebih mudah, trek ini bener-bener bikin ampun. Nah, kalo kamu kelelahan lalu melambaikan tangan tanda menyerah, tenang aja, di Pos 3 ini ada lahan yang cukup luas yang bisa menampung 4 sampai 5 tenda.

Setelah pos 2 treknya gini terus. bye!
Waktu Saya sampai di Pos tiga ini udah lumayan sore, kalo gak salah jam setengah 5 sore. kabut sudah mulai turun dan khawatir hujan turun.

Ohya, kami bertujuh belum ada satupun yang pernah mendaki gunung cikuray, jadi ini mah modal nekat aja. Tapi anehnya sepanjang jalur pendakian kami selalu di ikutin sama tawon/lebah, maybe lebah itu mau nuntun kami sampai ke puncak kali ye. Tapi karena khawatir lebah itu akan nyengat, kami selalu ngucapin mantra "Pait pait pait" supaya gak di sengat. ha ha ha.. Lupa siapa yang pertama kali ngeluarin mantra ini.

Ledies-ledies strong
Beban di pundak sudah berkurang karena cemilan di keril udah di keluarin sebagian. Karena sudah sore jadi kami putuskan buat tidak terlalu lama beristirahat di pos 3 dan langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 4 dan Pos 5. di Pos 5 langit udah gelap, kami semua mengeluarkan senter untuk bantu penerangan lalu berjalan pelan dan posisi kami semua saling berdekatan. satu capek maka istirahat semuanya. Badan sudah lemes banget, sempet merengek juga karena kok kayanya lama banget sampe pos 6 nya, ah tapi Alhamdulillah sampai juga di Pos 6 dan kami memutuskan buat mendirikan tenda di sini, masak dan makan malam. Selesai makan hujanpun turun maka kami tidur dengan sangat nyenyak... 


Momen paling di tunggu kalo pas camping, masak!

Sabtu, 09 Agustus - Akhir yang menyenangkan


Selamat pagi dunia... Saking nyenyaknya tidur kami semua, akhirnya kesiangan! fix banget deh, padahal niatnya mau berangkat jam 4 pagi buat ngejar sunrise. tapi ya boro-boro. Sebenarnya sih Saya bangun jam 5, sholat subuh tapi ketiduran lagi, bangun-bangun jam 6 kurang kayanya deh. yang pasti matahari udah nongol, udah cerah. Karena waktu udah gak bisa kembali lagi, Kami semua bergegas buat summit ke puncak Gunung Cikuray. dari Pos 6 ke Puncak sebenarnya sih sebentar, kurang lebih 30 menit.

Matahari terbit dari pos 6
Yang lain sudah duluan, sedangkan Saya, Mula dan Vita nyusul di belakang. jalan santai sambil ngobrol-ngobrol gosip terupdate, eh di kasih bonus kentutnya Vita yang lumayan bikin mual. hueeeek!

FYI, selain di Pos 6, untuk ngecamp kita juga bisa mendirikan tenda di Pos 8. dari Pos 8 ke puncak 5 menitan lah. deket banget. Banyak juga yang keabisan lahan buat mendirikan tenda di Pos 6 dan 8, akhirnya mendirikan tenda di puncak gunung. Saya sih tidak merekomendasikan itu karena angin di puncak gunung cikuray itu kenceng banget. bahaya!

Gunung Cikuray di kenal dengan julukan Gunung dengan puncak kerucut, jadi puncak di gunung cikuray cuma dataran yang gak begitu luas. Dari atas puncak kita bisa melihat gunung papandayan, gunung kendanh dan gunung gede pangrango. Kalo cuaca bagus kita akan di suguhkan lautan awan yang indah banget. Permadani awan di puncak gunung cikuray salah satu yang terbaik di jawa barat.

Lautan awannya bikin jatuh hati banget, sukaaaaaaaaaak!
Kita bebas berlama-lama di puncak, tapi Saya dan teman-teman cuma sampe jam 10an dan kami turun buat kembali ke tenda, masak-masak, packing dan turun. 

Perjalanan turun jauh lebih cepat, dan sebelum perkebunan teh Saya melihat warung, mampir buat minum teh hangat dan kmakan gorengan bareng Mula. sedangkan yang lain masih proses turun.

Nemu warung langsung kalap.pesen minum!
Gorengan dan Teh Manis Panas jadi kesatuan yang luar biasa...

Terimakasih Allah, Nuhun karena telah membawa Saya hingga ke puncak gunung. Semoga terus sehat karena masih banyak sekali gunung-gunung yang ingin di daki...

Hey Hey kalian teman sependakian, rindu nih, hayuklah kita kuy lagi...

Buku Jalan Pendaki - Pendaki Kekinian Yang Berkarakter

Penampakan Buku Jalan Pendaki
Ok, Fix!

Ini entah Saya yang norak, kuper atau Saya yang selama ini terlalu lama hidup di dalam goa sampai-sampai gak tau kalo ada penulis yang sekaligus pendaki kekinian yang keren dan menarik. eits, maksudnya bukan berarti Saya tertarik dalam arti yang itu, ini maksudnya yang bikin menarik adalah tulisan-tulisannya.

Sebelum me-review bukunya, Saya mau cerita dulu yes! Jadi kemarin itu Saya iseng ke Toko Buku Gramedia Words, Gramedia satu-satunya di Karawang. Udah jadi kebiasaan dan mendarah daging setiap kali Saya ke Gramedia, yang wajib Saya kunjungi adalah rak dimana jejeran buku-buku traveling di pajang. Setelah sampai di depan rak buku itu, mata Saya langsung tertuju pada satu buku dengan sampulnya berwarna biru dan bertuliskan "Jalan Pendaki". Saya ambil lalu Saya baca sinopsisnya, dan gak menarik ah! Saya letakkan lagi di rak buku, Mata Saya kembali lirik kiri-kanan buat ngeliat buku lain yang belum Saya baca, tapi kok setelah muter-muter, mata Saya balik lagi ke buku tadi, Jalan Pendaki. Oke, itu artinya tanpa di sadar Saya penasaran sama buku ini. Saya beli meskipun Saya gak tau siapa itu Acen Trisusanto.

Siapa sih Acen Trisusanto ini? Acen Trisusanto adalah lelaki yang punya banyak mimpi dan banyak mau. Saking banyaknya mimpi yang dimau, Acen mencoba segala hal, seperti menyanyi, main musik, hingga menjadi atlet debus. Sadar saat bernyanyi di nada tinggi sambil gitaran bikin urat lehernya mengejang dan baru ditusuk jarum saja sudah nangis belingsatan, Acen berhenti mencoba peruntungan di industri musik dan debus. Pria yang mengaku takut dan hidupnya merasa terancam ini kalo dekat-dekat dengan segala jenis reptil, ternyata sudah pernah menelurkan buku sebelum buku Jalan Pendaki ini, yaitu buku "Penunggu Puncak Ancala" yang terbit tahun 2014. *Kebetulan Saya belum baca euy, bolehlah Bang Acen bagi satu buat Saya. he he he. Oh ya, selain jadi penulis buku, Bang Acen juga jadi kontribur di majalah-majalah ngomongin soal traveling. Maafkan Saya yang telat mengenal Anda ya, Bang. (*sungkem)

Seperti yang awal udah Saya bilang tuh kalo ternyata Saya aga kuper dan norak belum mengenali sosok Acen Trisusanto, jadi waktu beli buku Jalan Pendaki di Gramedia Saya gak tau kalo ternyata Jalan Pendaki berawal dari sebuah travel blog yang di tulis oleh Bang Acen sendiri. Pengunjung blognya ternyata udah jutaan loh. W O W beud kan!

Oke Oke Baiklah cukup basa basi busuknya, sekarang kita review ajalah buku Jalan Pendaki ini...

Buku Jalan Pendaki ini bercerita tentang perjalanan Bang Acen (Acen Trisusanto), Di mulai dari Bang Acen lahir sampai bisa pake baju sendiri. Ooops.. Bukan bukan. tapi di mulai dari keinginan Bang Acen mendaki gunung sejak SMA yang selalu gagal dan gak di restui sama kedua orang tuanya sampai akhirnya sekarang dia bisa mendaki gunung manapun yang dia mau kalo dia punya uang. :)

Karakter utama dalam buku ini ya penulisnya sendiri, yaitu Bang Acen yang bercerita banyak perjalanannya mendaki ke Gunung Rinjani, Gunung Sindoro, Gunung Argopuro, Gunung Pangrango, Gunung Raung dan masih banyak banget yang Bang Acen bahas di buku ini. Semua cerita itu di kemas dengan rapi, lucu dan gokil tapi gak kehilangan kesan dari tiap pendakiannya. Tulisan-tulisan Bang Acen di buku ini sama sekali gak mengesankan bahwa mendaki itu cuma dapet capek dan seram aja, ya walaupun pada kenyataannya memang capek, tapi di buku Jalan Pendaki ini lebih ke drama dan cerita-cerita lucu di setiap pendakian yang Bang Acen alami. lalu Bang Acen mengemasnya dengan lihai sehingga pembaca gak akan bosen baca sampai tuntaaaaasssssss.

Buku ini juga menjadi sebuah cara buat Saya bernostalgia dengan dunia pendakian, meskipun baru beberapa bulan Saya belum mendaki lagi, tentu saja rindu akan pendakian selalu muncul, tapi dengan membaca cerita-cerita di buku Jalan Pendaki Saya jadi ngikik sendiri. Apalagi pas bagian dimana Bang Acen boker di celana, ah eta kumaha sih menjijikan banget. terus, Saya juga jadi nutup mata sendiri setelah baca cerita-cerita horror yang Bang Acen tulis, mirip sama apa yang Saya alami. Saya juga di kejutkan dengan isi buku ini, ternyata gak cuma cerita dan tips, Bang Acen secara tersirat selalu memberikan hikmah-hikmah dari setiap kejadian.

Pokoknya kamu gak akan bosen deh baca buku dengan 193 halaman ini. Buat yang suka mendaki, meski buku ini di kemas dengan penuh drama dan komedi tapi gak akan menghilangkan esensi dari pendakian tersebut (ceileeeh), terus buat yang belum pernah mendaki, setelah baca buku ini, minimal kamu ngakak terbahak-bahak lah sampai orang dis ebelahmu ngira kalo kamu gila, he he he

Buat Saya, Bang Acen adalah salah satu pendaki kekinian yang berkarakter yang hadir di bumi pertiwi ini dan patut untuk di lestarikan. Sukses terus buat Bang Acen. di tunggu karya karya berikut nya. Dan terimakasih buat salah satu kata-kata lo di buku Jalan Pendaki yang ini "Bejat mah bejat aja. mau pendaki kekinian atau pendaki senior. Gak semua pendaki kekinian bejat, masih banyak yang baik kok, dan gak semua pendaki senior baik, banyak juga yang bejat." kurang lebih seperti itu kata-katanya. Thanks karena udah ngewakilin perasaan Saya dan mungkin perasaan pendaki kekinian lainnya yang sering di pandang sebelah mata.

Bhay!

Judul Buku : Jalan Pendaki
Penulis : Acen Trisusanto
Penerbit : PT. Alex Media Komputindo
Tebal Buku : 193 Halaman

Betewe, buat yang mau tau blognya Bang Acen buka aja Jalanpendaki.com

Bakti Sosial ala Backpacker Karawang

Keluarga besar BPK yang bisa hadir
Ada rasa lega ketika akhirnya kegiatan yang memang sudah di rencanakan ini berjalan dengan lancar dan baik. Bersama teman-teman dari Komunitas Backpacker Karawang (BPK) Saya ikut andil dalam persiapan dan pelaksanaan Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Oma-Opa di Panti Sosial Tresnawerdha - Karawang. Beberapa hari sebelum acara Saya sempat resah dengan jumlah donasi yang belum terkumpul sesuai target, tapi kuasa Allah dan dengan keyakinan yang kuat akhirnya semua terkumpul yang juga di bantu sama beberapa Sponsor. Terimakasih sebelumnya kepada NutriFood, IPPO Friedchicken, HISANA Friedchicken dan tentu saja member-member BPK yang selalu juara!

Sejak Komunitas ini berdiri sampai sekarang, Saya menyaksikan teman-teman cukup sering melakukan kegiatan sosial dengan mendatangi yayasan hingga turun ke jalan mengadakan penggalangan dana untuk korban banjir dan bencana lainnya. Biasanya Yayasan Yatim Piatu yang selalu jadi target kegiatan sosial kami, tapi di bulan Ramadhan ini Backpacker Karawang mau mengadakan kegiatan sosial yang beda dari yang biasanya kami lakukan. Untuk itu kemudian kami jadikan Panti Jompo ini sebagai sasaran untuk kegiatan Bakti Sosial yang akan kami lakukan. Judulnya Traveling ke Panti Jompo. he he he

Selain itu kegiatan seperti ini juga di tujukan untuk saling mempererat tali silaturahmi sesama member Backpacker Karawang, serta meningkatkan jiwa simpati, empati dan jadi ajang saling mengingatkan dalam kebaikan.

Pemeriksaan Gula Darah dari Nutrifood 
Pemeriksaan Gula Darah dari Nutrifood
Kegiatan di mulai dengan acara pembukaan oleh MC yang di bawakan oleh Wulan dan Rendi. Setelah itu, Member di persilahkan keluar dari masjid lalu mengikuti sesi Room Tour keliling panti jompo untuk mengetahui lebih banyak ruangan-ruangan dan tempat yang di tinggali sama Oma-Opa ini. Maklumlah, namanya juga traveler jadi semuanya senang kalo di ajak muter-muter. Sedangkan di dalam masjid Oma-Opa yang sudah berkumpul melakukan pemeriksaan gula darah secara gratis yang di sponsori oleh NutriFood.

Room Tour Session
Room Tour Session
Dalam kegiatan Room Tour ini kami menyaksikan langsung para lansia yang gak bisa beraktifitas karena sakit yang di deritanya. entah itu karena gak bisa jalan atau penyakit lainnya. Bahkan ada yang hanya bisa terbaring di tempat tidur. Menyaksikan itu semua membuat perasaan kami campur aduk. Saya perhatikan wajah beberapa member yang sampai menitikan air mata karena terharu atau merasa sedih mendengar kisah Oma-Opa yang ada di Panti Jompo dan melihat kondisi mereka secara langsung.

Setelah selesai kami semua kembali ke masjid dan berkumpul bersama lansia yang sudah selesai dilakukan tes gula darah. Acara berlanjut ke penampilan member yaitu pembacaan sebuah puisi oleh Salman. Di lanjutkan acara Games Make Up yang melibatkan 1 member, 1 oma dan 1 opa di setiap kelompoknya. Dari ke enam  kelompok, semuanya mendapatkan hadiah mukena untuk Oma dan sarung untuk Opa. Lalu sebelum buka puasa, ada Kang Sadim yang memberikan Tausiyah singkat.

Selfie bersama Oma
Jika di lihat dari acaranya memang singkat dan padat, awalnya member juga merasa canggung sampai akhirnya bisa mencair bersama para lansia di sana. bercanda, tertawa dan saling memberikan perhatian. Sampai tiba waktunya kami harus berpamitan pulang dan memberikan satu persatu amplop berisi sejumlah uang yang di kumpulkan dari member BPK. Walaupun baru beberapa jam bersama tapi ada rasa sedih ketika harus meninggalkan mereka di panti.

"Sesungguhnya seseorang datang mengadu kepada Rasulullah atas keras hati yang di alaminya, beliau bersabda : Usaplah kepala anak yatim dan beri makanlah orang-orang miskin"

Dalam kegiatan itu banyak sekali pelajaran yang bisa Saya dan teman-teman ambil. Bukan hanya soal bakti kepada orang tua tapi lebih dari itu, bagaimana kita sebagai anak bisa menghormati orang tua, terlebih lagi menjaga perasaannya. Apa yang sudah mereka korbankan gak akan bisa terbalas hanya dengan kita menjaganya di waktu orang tua kita memasuki usia senja.

Saya dan mungkin teman-teman lain setelah mengikuti kegiatan kemarin jadi traveling ke dalam hati kami masing-masing. berjalan lebih jauh ke dalam lubuk hati dan merenunginya. Apa yang selama ini sudah di lakukan untuk kedua orang tua yang saat ini masih ada ataupun yang sudah tiada? Apakah Saya dan Kita sudah menjadi anak yang berbakti? Khusus untuk Saya pribadi jadi tersadar entah sudah berapa banyak Saya mengecewakan orang tua Saya.

Saat Ayah Saya wafat, itu jadi momen paling berat dalam hidup Saya sampai hari ini. Tidak ada yang tau apa yang Saya rasakan hingga sekarang, Saya seperti kehilangan satu sayap Saya. Jomplang! Tapi hidup harus terus berjalan dan harus ikhlas pun harus ridho. Meskipun sering sekali terpikir dalam benak Saya, kira-kira apa ya pendapat Ayah Saya mengenai hidup Saya sekarang. Jujur saja Saya merindukan masukan-masukan, omelan-omelan dan ilmu yang sering banget beliau berikan buat Saya.

Melihat Oma dan juga Opa di panti kemarin, tentu Saya dan yang lainnya tidak habis pikir bagaimana keluarganya dengan tega membawa orang tua mereka ke panti jompo ini. Mungkin karena himpitan biaya, tidak sanggup merawat orang tua atau mungkin banyak alasan-alasan lainnya. Saya berusaha memahami dan menerima kenapa mereka semua ada di sana, di panti jompo. Beberapa oma-opa yang tinggal di panti memang sudah tidak memiliki sanak keluarga, tapi masih banyak yang sebenarnya masih memiliki keluarga dan anak. Memprihatinkan banget. Padahal menjaga dan merawat kedua orang tua yang telah merawat, membesarkan dan menjaga kita adalah sebuah keberkahan dan bahkan Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita di dalam Al-Qur'an.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali” (QS.31:15)

Banyak dari teman-teman yang akhirnya tersadar dan merasa perlu untuk bersimpati dan berbagi seperti apa yang sama-sama kami lakukan, sampai akhirnya banyak juga yang bicara langsung pada Saya agar kegiatan seperti ini di rutinkan. Saya bersyukur karena Allah selalu dekatkan Saya pada orang-orang yang hatinya baik dan mau berbuat baik. Mungkin banyak yang memandang bahwa orang-orang yang gemar traveling tidak gemar juga berbagi dan tidak gemar untuk berbuat baik pada sekitar. Saya merasa anggapan itu salah dan negatif. Saya menyaksikan sendiri banyak dari teman Saya seorang traveler tapi rajin tuh mengikuti kegiatan sosial. Saya melihat langsung banyak dari teman-teman yang dengan mudahnya mengeluarkan rezekinya untuk membantu kegiatan amal sosial. Saya menyaksikan dan merasakan aura kebaikan dan kebahagiaan dari wajah-wajah mereka.

Selfie Time....
Bahkan Saya merasa dengan seringnya traveling tidak membuat rasa simpati kita pada sekitar berkurang, justru sebaliknya. Perjalanan itu melatih kepekaan kita pada alam dan lingkungan.Bertemu banyak orang dengan keberagamannya, melihat alam, melihat adat yang berbeda dari sehari-hari di jalani, merasakan pahit dan manisnya sebuah perjalanan itu semua menyadarkan bahwa kita hbidup di dunia ini gak sendiri, jadi berbuatlah untuk orang lain.

Semoga apa yang Saya tulis ini tidak di angkap sebagai ria atau pamer. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa dimanapun kita berada, apapun profesi kita, apapun hobi kita, berbuatlah untuk orang lain. Janganlah terlalu banyak berkomentar. Bergerak saja sesuai apa yang kita mampu. gpp sedikit yang penting konsisten. Betul?

Saya berpikir, kalau setiap orang berbuat kebaikan tapi terus-terusan di komentarin, jangan-jangan, nanti, orang itu akan berpikir "Untuk apa Saya berbuat? Manfaatnya apa? Berguna gak?"

Ah, Semoga kita semua belajar untuk bijak!

Kereta Gantung (Sky Lift) TMII - Keliling Indonesia Dengan Singkat


Kereta Gantung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) saat ini jadi salah satu kereta gantung yang ada di Indonesia selain kereta gantung yang ada di Taman Impian Jaya Ancol, kereta gantung yang ada di Pulau Kumala - Kalimantan Timur, dan kalau gak salah di Taman Safari Indonesia juga ada kereta gantung.

Saya lupa kapan pertama dan terakhir kali Saya naik kereta gantung di TMII ini, yang pasti pas kemarin ketika Saya ke TMII timbulah hasrat buat kembali naik kereta gantung dan melihat lagi keindahan miniatur Indonesia dari atas. Apalagi Saya naiknya sore hari jadi bisa sekalian liat sunset.

Buat yang takut ketinggian mungkin bakalan ngerasa ngeri sih naik ini, Pasti udah ngebayangin hal-hal yang gak-gak, tapi percaya deh sama Saya, cobain! wahana ini aman kok. InshaaAllah.

Tiket Kereta Gantung / Sky Lift
Saya datang ke TMII sekitar bulan Mei 2017 dan harga tiket naik kereta gantung di TMII pada saat itu sebesar Rp. 50.000/orang. Mahal gak sih? Kayanya sih gak ya, demi keamanan dan untuk menjaga kualitas yang ada. Satu gondola/kereta gantung bisa menampung 4 orang dewasa, tapi di lihat lagi ya beban berat badannya buat menjaga keamanan.

Tidak ada pelayanan khusus atau penjelasan keamanan yang di berikan pada pengunjung, termasuk tidak adanya penjelasan tertulis ataupun lisan berapa beban maksimal yang bisa di tampung pada tiap gondola/kereta gantung. Tapi tenang aja, ada petugas yang selalu mengatur untuk menjaga keamanan.

Setelah membeli tiket, kita akan menaiki tangga melingkar sampai ke tempat peluncuran kereta gantung. Meskipun tangganya landai dan nyaman untuk di lalui tapi lumayan bikin pegel.

Tidak perlu antri he he
Saat Saya sampai di atas kebetulan kosong gak ada yang mengantri jadi Saya langsung masuk ke dalam kereta gantung mengikuti arahan petugas. Tarik nafas ketika kereta gantung mulai berjalan karena akan terasa sedikit guncangan. Walaupun awalnya ngeri-ngeri sedap, tapi setelah berjalan rasanya asyik juga.

Apa saja yang bisa kita lihat dari atas sana?

Gereja dan Bianglala
Tentu saja kita bisa melihat miniatur keindahan Indonesia yang menakjubkan, melihat anjungan daerah berarsitektur tradisional, melihat danau yang menggambarkan miniaturnya Indonesia sebagai negara kepulauan, melihat rumah ibadah agama-agama yang ada di Indonesia dan masih banyak lagi yang bisa kita lihat.

Gereja dan Masjid Berdampingan
Melihat itu semua, rasa bangga dan cinta di dada Saya terhadap Indonesia makin bertambah. Bagaimana tidak, Indonesia dengan berjuta keberagamannya itu tetap bersatu dan rukun. Semoga tidak ada lagi yang berniat buat memecah belah bangsa ini.

Miniatur Kepulauan Indonesia
Betewe, naik kereta gantung ini juga sangat efektif loh buat kamu yang mempunyai waktu terbatas tapi pengen melihat semua yang ada di Taman Mini ini. Waktu terbaik untuk menaiki kereta gantung ini tentu saja saat cuaca cerah, tapi cobain deh naiknya sore hari sambil melihat matahari mulai terbenam.

Semoga dengan naik kereta gantung ini Saya jadi tambah semangat buat keliling Indonesia beneran, gak cuma keliling di miniaturnya aja.he he he.. Semogaaaaaaaaaaa....

Doc Pribadi

Puisi Pendakian : Menantang Diri

Ada kebersamaan di sini
Ada kebebasan di sini
Ada perjuangan mencapai sini
Ada tekat kuat dalam diri ini

Bukan seberapa tinggi puncaknya
Bukan pula seberapa berat medan tanjaknya
Bukan tentang apa, bukan soal siapa
Ini tentang Aku

Aku yang memberanikan diriku
Aku yang coba menantang diriku
Tentang aku yang takjub 
Tentang aku yang tak kuasa sembunyi dari-Mu
Dimanapun....


*Puisi yang Saya tulis ketika melakukan pendakian pertama kali ke Gunung Gede 2958 Mdpl

Explore Masjid - Bukan Traveling Biasa!


Jadi, kemarin, tepatnya hari Minggu tanggal 28 Mei 2017 Saya berkesempatan jalan bareng lagi sama temen-temen dari Komunitas Backpacker Karawang. Tapi ada yang beda banget sih dari perjalanan kemarin itu.

Apa hayoooo?

Pertama, Traveling kemarin itu di lakukan saat bulan Ramadhan, dimana yang pada umumnya saat bulan puasa justru banyak yang bermalas-malasan buat aktivitas, apalagi buat traveling yang sudah jelas makan waktu dan juga tenaga, eh tapi Backpacker Karawang malah ngajak traveling. Kedua, tujuannya berbeda dari yang udah-udah. biasanya ke alam seperti pantai, gunung, atau city tour, itu sih udah basi yeeee. tujuan yang ini beda banget. kemarin kami malah nyangkut ke masjid yang seharusnya jadi tempat ibadah, ini kok malah jadi tempat tujuan traveling? Lalu perbedaan yang ketiga dari traveling Saya yang biasanya adalah tidak adanya cemilan-cemilan manja buat ngisi perut. yaialah, secara lagi puasa. hiks hiks

Tapi biar bagaimanapun, sejujurnya Saya sih sangat senang dengan perjalanan kemarin. Perjalanan yang di namai "Explore Masjid" itu menyadarkan Saya akan banyak hal. Tempat yang di kunjungi juga keren-keren, gak bikin bosen. Keren dari segi arsitektur maupun sejarahnya.

Masjid mana saja yang Saya kunjungi kemarin? Ketiga masjid itu adalah Masjid Jami' Kali pasir, Masjid 1000 Pintu dan Masjid Al-adzom. Saya akan coba cerita sedikit dan apa yang bisa Saya explore dari ketiga masjid tersebut ya. Selamat membaca!

Masjid Jami' Kali Pasir


Masjid Jami' Kali Pasir
Jika kamu melewati kali pasir dan menyusuri bantaran sungai Cisadane, di sebelah kanan sebrang jalan kamu akan melihat sebuah masjid dengan menaranya yang mencolok yang letaknya sebelum klenteng Boen Tek Bio. Masjid itu tak lain dan tak bukan adalah Masjid Kali Pasir dengan bangunan bergaya Tionghoa, Arab dan Eropa.

Saya beruntung bisa berkunjung dan sedikit banyak mendengar sejarah yang ada di Masjid Kali Pasir ini yang Saya kira mungkin banyak dari masyarakat tangerang sendiri belum tahu sejarah dan keberadaan masjid ini. Padahal Masjid ini di bangun sejak tahun 1600an oleh Tumenggung Pamit Wijaya yang saat itu sedang menyebarkan syariat Islam. Selain di gunakan sebagai tempat ibadah, Masjid Kali Pasir ini menjadi saksi perjuangan Masyarakat Indonesia melawan penjajah. Selain itu menjadi tempat akulturasi budaya masyarakat lokal dengan tiongkok.
Menara Masjid Jami' Kali Pasir
Di sekitar Masjid kita bisa melihat banyak sekali warga Tionghoa yang tinggal di dekat Masjid, itu karena memang lokasi Masjid ini berada di sekitar pemukiman Tionghoa. Menarik sekali, apalagi di dekat Masjid kita bisa melihat Klenteng, kehidupan di sana tetap aman dan nyaman. sebuah contoh kerukunan umat beragama yang baik dengan saling menghargai dan tidak menyakiti satu sama lainnya.

Makam di depan Masjid
Mengunjungi Masjid ini, tidak hanya mendapatkan cerita sejarah tapi kita juga bisa melihat secara langsung bukti-bukti yang ada seperti empat tiang penyanggah masjid yang sejak awal di bangun hingga saat ini masih berdiri meski sudah mulai keropos, dan ada juga kubah kecil bermotif China yang katanya berbentuk seperti sebuah mahkota. Ada juga menara masjid yang cukup jadi perhatian mata ketika di lihat dari jauh. Dengan kita berkunjung ke sini, itu sama saja kita ikut andil dalam melestarikan peninggalan yang kaya akan sejarah ini.

Masjid 1000 Pintu

Masjid 1000 Pintu
Mempunyai nama asli Masjid Nurul Yaqin, berlokasi di Kampung Bayur, Priuk Jaya, Jati Uwung, Kabupaten Tangerang, Banten. Masjid 1000 Pintu jadi salah satu daya tarik utama untuk wisata religi di kota Tangerang - Banten ini. Lokasinya cukup  terjangkau kok karena dekat dengan pusat kota Tangerang. Masjid ini dinamai Pintu 1000 karena hingga saat ini belum ada yang tahu berapa persisnya jumlah pintu yang ada di masjid tersebut, termasuk pengurus masjidnya pun belum tau.


Tempat sholat Masjid
Melihat gaya arsitekturnya terlihat jelas dan sangat terasa nuansa arabnya. ini karena pendiri masjidnya seorang keturunan Arab bernama Al-faqir yang di dirikan sekitar tahun 1976. Selain bernuansa Arab, arsitekturnya juga bernuansa Maya dan Aztec. Unik, menarik dan indah. Padahal rancangan masjid ini tidak menggunakan arsitek loh alias asal bangun aja. Hhhmm..Ngasal aja segini bagus ya apalagi ada arsitek yang menyusun.


Apa sih yang menarik lagi dari Masjid 1000 Pintu ini? Tentu ruang labirinnya dong. Kita akan di tuntun sama seorang guide yang kebetulan seorang Ustad, tapi sebelum masuk, kita akan di intruksikan untuk mempersiapkan senter oleh guide-nya karena memang ketika kita masuk kedalam labirin gak ada cahaya sedikitpun kecuali cahaya dari lampu senter kita. Kebetulan Saya gak mempersiapkan senter, jadi Saya menggunakan lampu blitz yang ada di hape Saya yang kebetulan bisa juga di fungsikan sebagai senter. 

Melewati labirin yang sempit, dan becek, di tambah harus membungkuk karena atapnya rendah, kita akan di tuntun masuk kedalam sebuah ruangan yang cukup luas, disanalah terdapat sebuah tasbih super besar terbuat dari kayu. ruangan tersebut dinamai makam tasbih yang konon menjadi tempat Al-faqir berdzikir.
Makam Tasbih
Lampu di matikan, cahaya dari senterpun akan di intruksikan untuk dimatikan. gak ada cahaya sama sekali dalam ruangan itu. Benar-benar gelap dan cukup pengat. Saya sedikit merinding karena saat gak ada cahaya sama sekali bermunculanlah pikiran-pikiran negatif dari otak Saya seperti "Takut bangunannya runtuh euy" atau "kalo muncul setan ngeri juga nih" atau pikiran Saya yang lebih ekstrim adalah "Dalam keadaan gelap gini tiba-tiba ada yang narik gue dan gue di culik" duuuuh..  

Lalu seorang Ustadz itu akan menuntun kita untuk beristighfar, berdzikir, berdo'a, mengingatkan kita akan dosa, akan kematian, mengingatkan kita akan keluarga yang sudah wafat. dan seterusnya hanya suara sesenggukan dan tangisan yang terdengar sampai akhirnya lampu di hidupkan dan timbulah perasaan lega karena bersyukur masih bisa melihat cahaya.

Sungguh, simulasi kematian yang bikin merinding....

Masjid Raya Al-adzom



Dalam Masjid
Masjid Raya Al-adzom yang berada tepat di depan kantor pemerintahan tangerang ini menjadi masjid terbesar yang ada di tangerang, bahkan, untuk kubahnya menjadi masjid dengan salah satu kubah terbesar di dunia. Masjid ini bisa menampung sampai 15.000 jama'ah. WOW! yang menakjubkan dan menjadi daya tarik adalah kubahnya. Jika di perhatikan, kubah masjid yang berada di tengah itu gak menggunakan tiang sebagai penopangnya tapi justru di topang oleh empat kubah lainnya yang berukuran lebih kecil dan berbentuk setengah lingkaran .


Masjid Al-adzom dari luar
Ini kali kedua Saya mengunjungi masjid ini dan selalu kagum dengan arsitektur dan kemegahannya. Apalagi jika di lihat dari dalam, kita bisa menikmati keindahan masjid yang bernuansa emas dan di hiasi oleh lukisan kaligrafi. Didalam masjid juga ada semacam museum kecil atau Galery Islam yang isinya kebanyakan lukisan kaligrafi dan ornamen Islam. ada juga di sediakan buku bacaan Islam yang bisa kita pinjam dan kita baca di sana.


Galery Islam di dalam Masjid

#####


Dari kunjungan ketiga masjid tersebut Saya mendapati banyak sekali ilmu dan tentunya menambah kesadaran Saya untuk tidak lupa beribadah dan tidak lalai untuk terus memperbaiki diri. Traveling tidak melulu soal alam yang indah, pasir putih yang halus, gunung yang tinggi, lautan awan yang memesona, lampu-lampu kota metropolitan yang megah, tapi, traveling adalah sebuah perjalanan dan dalam setiap perjalanan kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang kita singgahi.

Cobalah untuk mengexplore lebih banyak, terlebih, explore diri kita tentang apa-apa yang sudah kita lakukan selama ini.

Mt Prau (2.565 Mdpl) - Tenda Roboh, Gas Beracun, Sampai Tragedi di Sengat Tawon.


Ini pengalaman cukup pahit buat Saya dan teman-teman waktu itu. Di saat hujan sedang turun, turunnya banyak dan ramean, padahal waktu itu bulai mei yang seharusnya sudah gak musim hujan. Beberapa hari sebelum berangkat emang udah was-was banget sih, bakalan hujan gak ya, dan ternyata setelah sampai di wonosobo langsung di sambut hujan. Kamu harus tahu kalo udara di Wonosobo waktu itu yang sudah sejuk jadi makin sejuk. Nikmat sih tapi aga kepikiran juga soalnya mau mendaki gunung, takut licin-licin manja gitu lah jalur pendakiannya.

Saya dan teman-teman langsung menuju pos pendakian dengan berlari-lari manja karena takut basah oleh air hujan. Seperti pendakian-pendakian sebelumnya, sampai di pos pendakian/basecamp, Saya dan teman-teman langsung prepare untuk packing ulang bawaan di keril kami masing-masing. Saya menyempatkan diri untuk beli jas hujan sekali pakai seharga RP. 10.000 di warung dekat Basecamp pendakian. Jas hujan sekali pakai yang kurang dari sejam Saya pakai sudah robek di bagian celananya. ha ha ha bahannya tipis banget.

Saya memilih jalur Patak Banteng karena "katanya" lebih singkat dari jalur Dieng, lebih singkat sihg tapi terjal. Setelah Saya alami sendiri memang benar sih treknya cukup terjal dan sempit, waktu itu pendaki yang naik banyak banget, sampe antri-antri gituh. Duh ileh, ini bukan kaya mendaki gunung tapi berasa lagi dimana gitu, naik gunung sekarang udah rame banget yah. Saking ramenya pendaki yang naik waktu itu, Saya sampe gak kebagian lahan buat mendirikan tendaloh. Sempet panik juga karena hujan dan langit mulai gelap, di tambah udaranya dingin dan anginnya juga kenceng banget.

Setelah mencari kesana-kesini, dapet dong lahan untuk mendirikan tenda, cukup untuk 2 tunda, yang satu tenda sih aman tapi sialnya yang satu tenda lagi kebagian di dataran miring, Saya gak tahu kemiringannya berapa derajat tapi yang pasti setelah tenda berdiri dan kami masuk kedalam, itu posisinya gak enak banget. saat posisi tiduran merosot terus. Di dalam tenda yang miring itu di isi empat orang, sedangkan yang satu tenda lagi di isi 3 orang.

Hujan yang deras, angin yang kencang, udara yang udah jelas dingin banget, itu semua di perburuk dengan kondisi tenda yang single layer, yang artinya tenda yang Saya bawa ini gak cocok untuk kondisi seperti itu walaupun udah di tambah flysheet tapi tetep aja rembes dan udara dingin menusuk.

Muka kucel kurang tidur
Karena kelelahan dan ngantuk parah, lelah bukan karena trek pendakiannya yang berat tapi karena perjalanan yang cukup jauh dari Karawang dan kurang tidur jadi Saya gampang lelah. Waktu itu Saya gak sempet atau lebih tepatnya gak kepikiran ya buat bikin jalur air di sekitar tenda buat menghindari air yang turun dari ketinggian, soalnya kan tenda Saya berada di kemiringan jadi rawan kan dilalui alir. Dan kamu tahu apa yang terjadi saudara-saudara? Air yang terjun pelan-pelan dari ketinggian itu menumpuk, eh apa ya bahasanya? jadi intinya tuh tenda saya menghalangi air lewat sehingga tenda saya jadi seperti bendungan. nah loh...

Dari dalam tenda yang kebetulan Saya tidur di pojok, persis di samping air yang membendung, Saya kok merasakan tenda makin lama menyempit dan miring, Saya akhirnya terbangun, setelah Saya raba ternyata tenda Saya di kepung air. Saya bangunin teman-teman yang lain lalu kami keluar dari tenda, setelah keluar air yang banyak itu langsung menghantam tenda kami hingga berserakan gak karuan, Saya sempat menyelamatkan tas kecil, kamera, dompet dan powerbank, tapi keril dan barang lainnya ada di dalam tenda dan semuanya BASAH!

Prau waktu itu. cuacanya sedang tidak bagus, hujan masih turun dan udara dinginnya parah. Kami semua langsung masuk tenda yang satunya lagi. yap, tenda dengan kapasitas 4 orang itu kami isi dengan 7 orang. jangan tanya deh gimana kondisinya di dalam tenda. Sambil menahan dingin, Saya juga merasa sedih karena ngebayangin semua barang-barang di tenda basah. Saya juga khawatir karena ada satu powerbank Saya yang tertinggal. Serba salah banget, mau beresin juga percuma karena emang semuanya udah basah, di tambah dinginnya tuh ekstrim, jadi kami biarkan aja sampe subuh.

Di dalam tenda yang sempit-sempitan itu, kami saling menghibur satu sama lain supaya gak begitu terasa menderita yes. he he he. Lalu ada momen dimana ketika kami semua sedang bercerita di dalam tenda, terciumlah bau busuk di dalam tenda. "Ini siapa yang kentut? anjir bau banget" Sungkar, salah satu teman kami dengan nada penuh kesal berteriak. Semua kompak menciaum aroma yang sama, gas beracun yang bau banget itu entah punya siapa. Disaat itu juga Saya yang posisinya dekat dengan pintu tenda langsung membuka resleting tenda agar dapat udara segar, supaya kami semua gak mabok dan gak pingsan di dalam tenda. Perjalanan yang sudah lama itu, sampai detik dimana Saya menulis cerita ini belum ada yang mengaku siapa yang kentut waktu itu, belum ada yang bertanggung jawab siapakah yang bikin kami semua di dalam tenda mual-mual. Kamu bisa bayangkan dong kondisi kami di dalem tenda yang seharusnya di isi 4 orang tapi kami isi 7 orang, dan di dalam tenda yang sempit-sempitan itu muncul bau kentut busuk. heuh!

Oh iya, mau tau gimana posisi Saya dan teman-teman Saya agar bisa tidur di dalam tenda? dengan ruang yang sempit tapi orang yang ada di dalam tenda melebihi kapasitas, kami berusaha sebaik mungkin untuk mengatur posisi agar semuanya kebagian tempat, tapi pada kenyataannya sulit. Dengan ukuran 310 x 220 x 160 cm itu, dan setelah atur sana atur sini, maka kami gak menemukan posisi tidur yang benar-benar nyaman buat semua. yaialah.. akhirnya dengan posisi satu orang di tengan dan yang lainnya mengelilingi dengan posisi duduk sambil kepala bertumpu di pundak yang satunya lagi membuat ringkaran, barulah kami bisa tidur dengan terpaksa. 

Saya gak benar-benar bisa tidur dengan nyenyak dalam keadaan dan posisi seperti itu, hanya beberapa jam tapi menunggu subuh terasa lama banget. Setelah subuh datang dan Saya merasa senang, Saya keluar tenda dan melihat posisi tenda Kami yang tadi malam di terjang air karena kebodohan kami sendiri mendirikan tenda di tempat yang tidak benar. Kondisi tenda yang roboh itu benar-benar kacau, gak ada yang bisa di selamatkan, semuanya basah, termasuk keril. Saya coba bongkar dan merapikan semuanya sambil menahan dingin.


Berharap matahari pagi itu muncul dengan terang dan terik, kenyataannya cuma ada kabut tebal sepanjang pagi. Boro-boro atuh bisa jemur keril dan barang lainnya yang basah, melihat keindahan Gunung Prau aja gak bisa karena di tutup kabut. nasib.....

Sekitar jam 8 pagi setelah melakukan perdebatan yang panjang dan musyawarah ketat lantaran bingung mau turun lewat jalur Patak Banteng seperti naik kemarin atau turun lewat jalur yang berbeda, yaitu jalur Dieng. Saya termasuk orang yang menyuarakan dengan keras kalo baiknya kami turun lewat jalur Dieng aja, feeling aja cuacanya akan bagus dan akan melihat keindahan lain. Setelah Saya yakini, akhirnya semua sepakat turun lewat dieng.
Awal-awal melangkahkan kaki untuk turun kami sempat melihat pemandangan Gunung Prau yang tadinya tertutup kabut berubah menjadi cerah, tapi cuma sebentar, setelahnya kabut datang dan pergi sesuka hati. Setiap kabut ilang di situlah kami harus cepat-cepat mengambil momen untuk foto sebelum kabutnya nutupin keindahan lagi. rempong dan berebut.

Trek ajlur pendakian lewat Dieng emang jauh lebih datar dan nyantai, yang bikin berat adalah tas keril yang basah beserta isinya. Jadi Saya pribadi lumayan menanggung beban keril yang berat itu.

Selama perjalanan turun itu ada kejadian yang cukup menegangkan tapi juga bikin ngakak terbahak-bahak. Kalau gak salah kejadiannya setelah tiang pemacar di jalur Dieng. Tiba-tiba kepala teman Saya namanya Prapti di singgahi tawon yang masuk kedalam rambutnya Prapti. Dia panik, lalu teman Saya satu lagi namanya Ibnu langsung nolongin Prapti dengan cara mengambil tawon yang ada di rambutnya Prapti, eh tangannya Ibnu di sengat. ha ha ha. Saya ketawa ngakak ngeliat adegan itu, ngeliat ekspresinya Prapti dan Ibnu. "Ini tawonnya nyengat kepal gue" teriak Prapti. Untunglah teman Saya yang satu lagi punya ide buat ngambil tawon dari rambutnya Prapti tapi menggunakan sarung tangan tebal. Alhamdulillah tawonnya ketangkep dan terpaksa di matiin karena khawatir membahayakan lagi.


Tawa bahagia, kesel dan sedih mewarnai pendakian Saya kali ini. Banyak pelajaran yang Saya dapat sebagai pendaki baru waktu itu. Gak cuma pelajaran untuk memilih tenda yang tepat dan kualitas bagus, tapi juga pelajaran untuk selalu meletakkan pakaian atau barang dengan plastik atau trashbag ketika dimasukan kedalam keril, hal kecil tapi sering di abaikan. selain itu, Saya juga jadi sadar kalo membuat saluran air itu juga penting ketika mendirikan tenda. Dan lagi harus mendirikan tenda di lahan yang tepat.

Selesai pendakian dan jalan-jalan santai di Dieng, Saya pulang dengan pakaian yang tidak benar-benar kering. Pulang ke Karawang dengan ketidaknyamanan karena makin lama bau pakaian basah yang gak sedap muncul dan mengganggu. hihihihi