Pengalaman Mendaki Gunung Cikuray (2818 mdpl)

View dari jalur pendakian
Setiap kali berhasil sampai ke puncak gunung, Saya gak pernah berpikir bahwa orang lain akan berkata Saya hebat karena Saya bisa sampai puncak dengan kondisi badan Saya yang gemuk ini. Saya juga gak merasa sakit hati ketika ada yang bilang kalo terus-terusan mendaki gunung kok gak bikin badan Saya bisa lebih slim? Hal yang penting adalah bukan sampainya Sayadi puncak gunung atau badan Saya jadi lebih kurus, tapi ini tentang kebahagiaan yang kadar bahagianya hanya Saya dan orang-orang yang cinta dengan dunia pendakian yang bisa rmerasakannya. Dan yang lebih penting lagi adalah soal pengupayaan usaha dan kesabaran yang extra besar yang harus Saya keluarkan lebih, Saya belajar untuk bisa lebih dalam berusaha dan maksimal dalam berbuat.

Saya mendapat kebebasan, ketenangan, dan yang tak kalah penting adalah dalam tiap prosesnya Saya bisa menambah kepekaan diri, karena dalam keheningan alam Saya bisa berdialog lebih dekat dengan diri Saya sendiri yang selama ini Saya abaikan kepentingannya. Padahal berdialog dengan diri sendiri itu amat sangat penting, supaya bisa evaluasi dan memahami apa yang sebenarnya di inginkan sama diri ini.

Sebuah peristiwa gagal mendaki ke Gunung Merbabu akhirnya membawa Saya ke Gunung Cikuray bersama Fauzi, Gerdy, Mula, Vita, Tari dan Ijah. Pendakian ke gunung Merbabu yang sudah di rencanakanterpaksa gagal karena salah satu teman yang jadi guide harus di rawat di rumah sakit. Mau gak mau deh Saya dan teman-teman merubah haluan ke Gunung Cikuray di H-2 keberangkatan.

Bersama mereka pendakian jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan meskipun selama jalur pendakian Saya di bully abis-abisan karena terlalu banyak bawa baju ganti. Katanya Saya ini kaya mau fashion show. Hihihi.. Yap Yap Yap, Saya yang tidak nyaman dengan baju yang basah berkeringat ini jadi susah lepas dari baju kering. Hasilnya tiap kali mendaki atau travelling, Saya selalu bawa baju cadangan lebih banyak dari yang lain meskipun sebenarnya baju cadangannya gak banyak banyak banget sih, paling saya lebihin 1 atau 2 kaos.

Sebelum Saya cerita ke inti pendakian, Saya kenalkan dulu ya sosok-sosok yang menemani Saya di pendakian super ini.

Dari kiri : Roni, Fauzi, Vita, Gerdy, Tari dan Ijah. (*Mula yang motoin)
Pertama ada Fauzi, dulu jadi teman satu kampus tapi beda jurusan, dari jaman kuliah selalu bareng sampe akhirnya bisa sama-sama naik gunung untuk yang pertama kalinya ke Gunung Gede dan sampe sekarang entah udah berapa gunung yang di daki bareng-bareng. Kedua ada Gerdy, waktu mendaki Gunung Cikuray jadi personil yang paling muda, eh tapi sekarang udah nikah duluan. Ketiga ada Tari, ledies strong yang di pos dua masih sempet-sempetnya dapet telpon dari kantor urusan kerjaan. Keempat ada Vita, perempuan bawel, suka nyanyi dan kentutnya bau. Kelima ada Yuliza atau Ijah yang pendiem dan kalem. Terakhir ada Mula, cewek sunda yang udah mendaki gunung mana mana tapi selalu rendah hati.


Kamis, 07 Agustus - Menuju Garut

Setelah disepakati bahwa Gunung Cikuraylah yang akan menjadi tujuan kami, beberapa dari kami mulai mencari informasi mengenai transportasi, trek pendakian, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan pendakian kami kali ini.

Kami sepakat buat ketemuan di kampung rambutan. tempat ini di pilih karena memang yang paling strategis buat semua, terkecuali buat Saya yang mesti jauh-jauh dari Karawang. Jika di tanya kenapa Saya gak nunggu di kilometer 57 aja, jawabannya ya karena Saya khawatir gak satu bis sama teman-teman lain. Terus, Saya juga harus ketemu teman dulu di Kebon Jeruk. Ketika yang lain sudah sampai di terminal kampung rambutan, Saya masih nunggu fauzi di Citraland dan nunggunya itu lamaaaaaa banget. Bayangin ya, kami janjian di kampung rambutan jam 7 malam, tapi karena Saya harus nunggu Fauzi, jadinya jam sepuluh Saya baru sampai Kampung Rambutan. Tapi Alhamdulillah masih dapet bis menuju Garut.

Kami tiba di garut jam 3 pagi. Kami semua turun di Cilawu, kalau temen-temen naik bis dari Jakarta tinggal bilang aja mau ke Gunung Cikuray, InshaaAllah keneknya tau. Saya melihat ada pangkala ojeg dan Saya langsung tanya berapa tarif ke Pos Pendakian, tarif yang mereka tawarkan sebesar 30.000 sekali jalan. Setelah tawar menawar dengan sengit yang hasilnya nihil, akhirnya deal juga deh, tapi mereka menawarkan supaya kami ke rumah warga dulu buat beristirahat, paginya sekitar jam 6an baru akan di jemput lagi dan di antarkan sampai ke Pos Pemancaran Gunung Cikuray. Tawaran yang gak boleh di sia-siakan, deal! kebetulan banget kami semua butuh istirahat.

Di sana banyak rumah warga yang siap dijadikan tempat untuk beristirahat para pendaki. kebanyakan rumah warga yang di jadikan tempat beristirahat ini ada warung makannya, jadi kita bisa sekalian pesen makan, dan kayanya warga juga sudah kerjasama dengan ojeg-ojeg yang ada di pangkalan yang memang biasa dijadikan alat transportasi para pendaki menuju pos pendakian.


Rumah warga tempat kami menginap. Gratis!
Packing barang-barang jadi satu hal yang pertama kali kami lakukan ketika sampai di tempat beristirahat. Ada perdebatan sengit waktu itu mengenai tenda dan logistik akan dimasukan ke keril siapa. Seperti yang sudah Saya ceritakan sebelumnya kalo di pendakian kali ini personil perempuan lebih banyak daripada personil laki-laki. 3 orang personil laki-laki itu Saya, Fauzi dan Gerdy. Sedangkan tim dari perempuannya ada Mula, Tari, Vita dan Yuliza yang suka ngambek kalo di panggil Ijah.

Tari, salah satu perempuan tangguh yang kekeuh buat ngisi logistik di dalam kerilnya dengan suka rela. sedangkan kami para cowok gak tega buat ngebebanin perempuan. ha ha ha. padahal lebih tepatnya gengsi. Akhirnya tas keril Saya penuh dengan logistik, Kerilnya Gerdi penuh dengan tenda dan beberapa perlengkapan seperti kompor dan nesting, sedangkan kerilnya Fauzi penuh dengan tenda. Dan tas kerilnya para ledies itu penuh dengan perlengkapan pribadinya masing-masing.



Jum'at, 08 Agustus - Pait Pait Pait


Di dalam rumah warga itu Saya berusaha tidur dan berharap bisa merem lebih lama, tapi baru sekejap udah di bangunin sama Fauzi buat sholat subuh dan siap-siap buat berangkat karena sekitar jam 6an kami akan di jemput sama abang-abang ojek. Lalu selesai sholat subuh kami sarapan dan nyempetin nyapa anak-anak kecil yang sedang berangkat sekolah.Dadah manja lah sama anak-anak itu.

Aktifitas warga pagi itu keliatan sibuk, dan udara yang dingin banget itu sebenarnya paling cocok buat tidur, tapi apalah daya, Saya dan teman-teman harus segera berangkat menuju pos pendakian. Masing-masing dari kami naik satu ojeg, di atas motor Saya kedinginan tapi gak bisa berbuat banyak juga karena di atas motor itu sambil riweuh mempertahankan posisi yang stabil agar tidak jatuh karena jalanannya ngeri banget.

Melewati rumah-rumah warga, melihat warga berjalan kaki sambil senyum setiap kali Saya menyapa, bahkan ada beberapa yang dadah dadah genit, ramah syekali, lalu perjalanan menaiki motor itu di sambut dengan  perkebunan teh yang luas bingit. Ketika lagi asyik-asyiknya menikmati hijaunya perkebunan teh, motor yang kami naiki berhenti, kami di sambut sama petugas dan di arahkan ke pos untuk membayar karcis di loket. karcis ini bukan simaksi pendakian, tapi karcis untuk masuk ke wilayah pos pendakiannya, jadi double gitu bayarnya. Perjalanan di lanjutkan membelah perkebunan teh yang saking luasnya seperti gak ada habis-habisnya itu perkebunan tehnya.

Pos Pemancar. View nya OK ye..
Di setiap pendakian atau perjalanan traveling ada saja yang bikin kesel dan jengkel, saking jengkelnya kadang malah jadi bikin ketawa ngakak karena hal itu justru keliatan bikin kaya orang oon. Seperti pengalaman Saya dan teman-teman yang satu ini nih. Jadi ceritanya pas pagi-pagi sebelum berangkat Kami pesen makanan yang di bungkus buat makan siang di jalur pendakian. makanan itu di bungkus kertas nasi dan dimasukan ke plastik item, entah apa yang terjadi nasi bungkus yang akan jadi bekal itu ketinggalan di dekat pos pendaftaran. unch banget kan?! Kami semua baru sadar pas udah melewati pos 1, sebelum pos 2. Mau balik lagi bakalan menguras energi, makan waktu banyak dan diantara Kami gak ada yang mau balik lagi juga. capek! So pasti pas waktunya makan siang kami semua cuma masak mie instan, itu juga masih dongkol tapi masih sempet-sempetnya sih ngebayangin nasi + telur dadar + sambel + tempe yang ketinggalan itu. 


Trek awal pendakian. nanjak.. nanjak..
Berhubung ini hari jum'at, jam 11 siang kami udah istirahat buat sholat dan masak makan siang ala kadarnya. Jam 1 siang Saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan. Trek menuju Pos 2 walaupun terus menanjak tapi masih tanah dan mudah buat di lalui. Jalanan cuma setapak, jarang nemuin tanah yang cukup lapang buat selonjoran apalagi buat mendirikan tenda. Setelah Pos 2 bersiaplah untuk menuju pos 3 yang jadi jalur terpanjang di Gunung Cikuray via Pemancar ini. Dengan trek yang nanjak maksimal, dengkul ketemu dagu atau dengkul ketemu gigi, rempong kan? belum lagi tangan yang harus berpegangan sama akar-akar agar proses naiknya lebih mudah, trek ini bener-bener bikin ampun. Nah, kalo kamu kelelahan lalu melambaikan tangan tanda menyerah, tenang aja, di Pos 3 ini ada lahan yang cukup luas yang bisa menampung 4 sampai 5 tenda.

Setelah pos 2 treknya gini terus. bye!
Waktu Saya sampai di Pos tiga ini udah lumayan sore, kalo gak salah jam setengah 5 sore. kabut sudah mulai turun dan khawatir hujan turun.

Ohya, kami bertujuh belum ada satupun yang pernah mendaki gunung cikuray, jadi ini mah modal nekat aja. Tapi anehnya sepanjang jalur pendakian kami selalu di ikutin sama tawon/lebah, maybe lebah itu mau nuntun kami sampai ke puncak kali ye. Tapi karena khawatir lebah itu akan nyengat, kami selalu ngucapin mantra "Pait pait pait" supaya gak di sengat. ha ha ha.. Lupa siapa yang pertama kali ngeluarin mantra ini.

Ledies-ledies strong
Beban di pundak sudah berkurang karena cemilan di keril udah di keluarin sebagian. Karena sudah sore jadi kami putuskan buat tidak terlalu lama beristirahat di pos 3 dan langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 4 dan Pos 5. di Pos 5 langit udah gelap, kami semua mengeluarkan senter untuk bantu penerangan lalu berjalan pelan dan posisi kami semua saling berdekatan. satu capek maka istirahat semuanya. Badan sudah lemes banget, sempet merengek juga karena kok kayanya lama banget sampe pos 6 nya, ah tapi Alhamdulillah sampai juga di Pos 6 dan kami memutuskan buat mendirikan tenda di sini, masak dan makan malam. Selesai makan hujanpun turun maka kami tidur dengan sangat nyenyak... 


Momen paling di tunggu kalo pas camping, masak!

Sabtu, 09 Agustus - Akhir yang menyenangkan


Selamat pagi dunia... Saking nyenyaknya tidur kami semua, akhirnya kesiangan! fix banget deh, padahal niatnya mau berangkat jam 4 pagi buat ngejar sunrise. tapi ya boro-boro. Sebenarnya sih Saya bangun jam 5, sholat subuh tapi ketiduran lagi, bangun-bangun jam 6 kurang kayanya deh. yang pasti matahari udah nongol, udah cerah. Karena waktu udah gak bisa kembali lagi, Kami semua bergegas buat summit ke puncak Gunung Cikuray. dari Pos 6 ke Puncak sebenarnya sih sebentar, kurang lebih 30 menit.

Matahari terbit dari pos 6
Yang lain sudah duluan, sedangkan Saya, Mula dan Vita nyusul di belakang. jalan santai sambil ngobrol-ngobrol gosip terupdate, eh di kasih bonus kentutnya Vita yang lumayan bikin mual. hueeeek!

FYI, selain di Pos 6, untuk ngecamp kita juga bisa mendirikan tenda di Pos 8. dari Pos 8 ke puncak 5 menitan lah. deket banget. Banyak juga yang keabisan lahan buat mendirikan tenda di Pos 6 dan 8, akhirnya mendirikan tenda di puncak gunung. Saya sih tidak merekomendasikan itu karena angin di puncak gunung cikuray itu kenceng banget. bahaya!

Gunung Cikuray di kenal dengan julukan Gunung dengan puncak kerucut, jadi puncak di gunung cikuray cuma dataran yang gak begitu luas. Dari atas puncak kita bisa melihat gunung papandayan, gunung kendanh dan gunung gede pangrango. Kalo cuaca bagus kita akan di suguhkan lautan awan yang indah banget. Permadani awan di puncak gunung cikuray salah satu yang terbaik di jawa barat.

Lautan awannya bikin jatuh hati banget, sukaaaaaaaaaak!
Kita bebas berlama-lama di puncak, tapi Saya dan teman-teman cuma sampe jam 10an dan kami turun buat kembali ke tenda, masak-masak, packing dan turun. 

Perjalanan turun jauh lebih cepat, dan sebelum perkebunan teh Saya melihat warung, mampir buat minum teh hangat dan kmakan gorengan bareng Mula. sedangkan yang lain masih proses turun.

Nemu warung langsung kalap.pesen minum!
Gorengan dan Teh Manis Panas jadi kesatuan yang luar biasa...

Terimakasih Allah, Nuhun karena telah membawa Saya hingga ke puncak gunung. Semoga terus sehat karena masih banyak sekali gunung-gunung yang ingin di daki...

Hey Hey kalian teman sependakian, rindu nih, hayuklah kita kuy lagi...

1 komentar: