Eksistensi Pulau Sangiang di kalangan traveler

Pantai pasir panjang, pulau sangiang
Sepi, serem dan sedikit mencekam ketika sore menjelang dan gelap hampir menguasai pulau sangiang. Lebatnya pohon, terlihatnya pemandangan beberapa sisa bangunan terbuat dari kayu yang sudah rusak, dan jauhnya rumah warga antar rumah lainnya membuat kesan kalo pulau ini seperti tidak berpenghuni lagi.

Saya berkesempatan mengunjungi pulau ini sambil camping di pinggir pantainya dengan pemandangan tebing-tebing yang menakjubkan.

Camping di pinggir pantai, pulau sangiang
Jum'at malam, 18 november 2016, saya dan teman teman dari Komunitas Backpacker Karawang berangkat menuju dermaga paku anyar di banten. Sebenarnya ini adalah kantor yang di jadikan dermaga kecil. Ada masjid di dekat dermaga yang bisa digunakan untuk sholat atau mau ke toiletnya. Ada warung nasi juga yang dengan jujur saya tidak merekomendasikan untuk makan di sana karena harganya mahal.

Dermaga paku anyar, banten
Kapal yang di gunakan untuk menyebrang adalah kapal kecil kayu berkapasitas 15 sampai 25 orang. Dengan harga sewa yang cukup terjangkau jika kamu datang dengan rombongan karena bisa sharecost harga sewanya.

Sabtu, 19 november 2016, Hari pertema penjelajahan di pulau sangiang Saya langsung di ajak untuk snorkling di lagoon baju dan lagoon waru. kondisi terumbu karang di sana relatif masih bagus dan terawat meskipun ada beberapa lokasi yang terumbu karangnya sudah hancur. Jujur saja, snorkling di sini tidak banyak spot yang bisa di nikmati, variasi ikannya juga tidak banyak. tapi pemandangan bawah lautnya tetap indah dan perlu kunjungi.

Bersantai sejenak
Setelah snorkling di dua tempat sekaligus Saya langsung di ajak ke pintu masuk pulau sangiang yang terlebih dulu melewati hutan-hutam pohon mangrove dan menyusurinya. hutan mangrove ini seperti menjadi sebuah gerbang, kamu akan menyusurinya sampai ada dermaga kecil dan sebuah plang tulisan Pulau Sangiang, Banten - Indonesia.

Menginjakkan kaki di pulau sangiang, terlihat beberapa rumah warga, warung, mushola yang cukup besar dan ada perpustakaan.

Perpustakaan? Iya, jadi sudah ada beberapa rombongan dari mahasiswa dari beberapa universitas yang pernah datang ke pulau sangiang ini sekaligus melakukan bakti sosial, seperti membawa buku-buku misalnya. Seru ya, traveling sekaligus membawa sesuatu buat warga yang di datangi.

Dari gerbang masuk yang sederhana itu Saya di haruskan berjalan kaki cukup jauh melewati hutan-hutan menuju ke bibir pantai pasir putih yang keren. Di sana saya dan teman-teman mendirikan tenda, beristirahat, mandi di kamar mandi yang sudah di sediakan, sholat, makan siang dan berlanjut trekking ke goa kelelawar, bukit harapan, menyusuri tebing-tebing, melihat sunset dan berakhir di pantai pasir panjang untuk menikmati lebih lama matahari yang akan terbenam.

Seru! Asyik! Dan tentu saja pemandangan Pulau Sangiang ini luar biasyaaaaa indahnya.

Menyusuri tebing
Pulau sangiang sudah menyediakan kamar mandi dan toilet yang cukup layak. ada beberapa homestay yang sebenarnya rumah adalah rumah warga. harga sewa homestay berkisar 500-600 ribu dengan kapasitas 25 orang maksimalnya.

*Ohya, di sangiang ini kamu harus sedia obat nyamuk semisal autan atau soffel karena nyamuk nya banyak banget.

Saat mengunjungi Pulau Sangiang, Saya sempat heran dengan jumlah wisatawan/traveler yang sedikit. Kenapa ya? urang terkenalkah? dan usut punya usut, ternyata menurut informasi yang saya terima secara langsung, pulau sangiang ini baru di buka untuk wisatawan sejak 2 tahun yang lalu. dan memang tidak banyak yang meng-ekspose, nah mungkin karena itu ya informasi pulau sangiang ini belum tersebar luas.
Sunset di puncak harapan
Warga di pulau ini tersisa 41 kepala keluarga. Rata-rata dari mereka bekerja sebagai nelayan dan berkebun. rumah-rumah warga di pulau ini jaraknya saling berjauhan. banyak juga warga di sini yang memiliki dua rumah, di pulau sangiang dan di dermaga paku anyar. Sehingga senin sampai jumat ketika anak anak sekolah, sebagian warga tinggal di sekitar dermaga paku anyar, tapi ketika weekend para warga ini nyebrang ke pulau sangiang untuk membuka warung atau menjadikan rumah mereka homestay atau membantu traveler menjadi guide mereka.

Adanya traveler yang berkunjung ke pulau sangiang ini menjadikan pulau sangiang tetap eksis loh. sekaligus membantu kesejahteraan warganya.

memang masih minim fasilitas, tapi banten punya pesona indah selain pesona lainnya yang sudah dikenal masyarakat luas, yaitu Pulau Sangiang!

Kunjungi, bantu kesejahteraan masyarakatnya, dan kamu akan menemukan bahagia lebih sebagai traveler.

Salam Ransel....

0 Comments:

Posting Komentar