3 Hari Explore Pacitan - Last Day

Sunrise Pantai Srau - Pacitan
Walaupun sejujurnya tidur beralaskan flysheet dan beratap bintang bintang nggak bikin Saya pules-pules amat, di tambah banyak nyamuk pula, tapi sepertinya itu sih faktor utamanya, nyamuk! Saya paling nggak betah dengan nyamuk. Sedangkan semilir angin pantai dan deburan suara ombak mampu membius dan bikin betah. sampai tibanya sekitar jam setengah 5 pagi Saya di bangunin sama salah satu kawan buat sholat subuh, Saya bergegas sholat, usai sholat melipir ke warung buat sarapan, sepagi itu, ha ha abis gimana dong udah laper banget. Kalo lagi liburan gini Saya sih paling anti laper, kecuali kalo lagi mendaki gunung, itu beda lagi, di sini sih masih banyak warung jadi bisa makan kapan aja.

Ada fenomena yang jarang banget Saya lihat, jam 5 pagi lewat biasanya matahari sudah mulai muncul kan, nah penampakan ini menyajikan sesuatu yang berbeda. Saat semburat jingga matahari sudah terlihat, lalu di waktu yang bersamaan, bulan masih tampak dengan sempurna, bulat dan terasa dekat. Saya dan teman-teman menyaksikan fenomena tersebut dengan takjub, aga norak sih tapi jujur itu keren banget.


Pantai Srau ini terkenal juga dengan keindahan sunrisenya, salah satu spot untuk bisa melihat sunrise dengan keindahan yang berbeda adalah dari atas bukit. Saya mencoba membuktikan itu. Setelah sarapan yang terlalu pagi itu, Saya berjalan keatas bukit di pinggir pantai dan menyaksikan matahari terbit yang sinarnya mengintip dari balik bukit-bukit lainnya. Selain itu, kita juga bisa melihat sunrise di pantai Srau dari sudut yang berbeda-beda, tinggal pilih saja.

Biaya masuk ke Pantai Srau 5.000 rupiah/orang (April 2018), masih tergolong murah kok. Fasilitasnya pun sudah cukup lengkap, warung-warung di sepanjang pantai banyak yang menyediakan makanan berat, tapi harus tanya dulu harganya. Saya hampir aja kena tembak harga, ceritanya mau makan nasi dan ikan terus ibu warungnya ngasi harga 15.000, buat Saya kemahalan, soalnya di Pantai Banyutibo aja 10.000 kan, akhirnya Saya tawar dong dan akhirnya di kasih harga 10.000 untuk 1 porsi nasi dan ikan. Intinya ada baiknya kamu tanya dulu supaya kalo harganya terlalu tinggi kamu bisa protes.


Sejujurnya Saya masih ingin berlama-lama di pantai Srau ini, bersantai diatas hammock dan menikmati lebih lama deburan ombak dan semilir angin pantainya, tapi apalah daya, nasib orang yang kerjanya di weekday ya begini. Saya bukan pekerja kantoran, Saya tenaga medis, tapi hari dan jam kerja Saya hampir sama dengan orang kantoran pada umumnya, senin sampai jum'at.

Kenapa Saya dan teman-teman pulang pagi hari bukan siang atau sore hari? karena perjalanan Pacitan ke Karawang jauh buuuuu, karena besok hari seninnya kerja paaaaaak, dan karena lagi Saya dan teman lainnya ada rencana bakal mampir ke Lawang Sewu dan Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang. Mangkanya harus berangkat pulang lebih awal. Perjalanan normal Karawang-Pacitan hampir 15 jam, itu pengalaman saat berangkat kemarin, sudah termasuk berhenti di sana-sini buat istirahat.


Oke, Saya siap berangkat pulang dengan hati riang gembira karena keindahan pacitan yang super emejing, jujur sih belum puas soalnya belum semua tempat wisata di Pacitan ini di kunjungi, tapi yaaaa next time lah, InshaaAlah.

Sekarang pulang.....

6. Masjid Agung Jawa Tengah - Semarang




Emang bukan destinasi utama sih, selain ke Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang, pengennya mah mampir juga ke Lawang Sewu biar sekalian, tapi apalah daya, sampai di Masjid Agung Jawa Tengah aja jam setengah 5 sore, jadi waktunya mepet banget. Dan di khawatirkan perjalanan pulang ke Karawang macet, secara ini abis long weekend.

Nggak banyak yang bisa di lakuin di Masjid Agung karena waktunya sudah sore, jadi sekedar numpang sholat ashar, foto-foto selfie dan makan.

Jujur sih Saya udah lama banget pengen berkunjung ke masjid ini, sudah berapa kali ke Semarang tapi belum sempet mampir, Alhamdulillah sekarang kesampean dan takjub banget sama keindahan masjidnya. Arsitekturnya megah dan mewah, perpaduan jawa dan timur tengah, jadi cantik banget. Ada menara juga yang bisa kita naikin dengan lift, biayanya 5.000 rupiah tapi Saya belum sempat, cuacanya juga lagi kurang bagus karena habis hujan. Jadi pemandangan di atas juga nggak cerah, cuma kabut.


Ah, pokoknya serba buru-buru deh, di tambah karena mayoritas teman-teman Saya kerja hari seninnya, jadi kami buru-buru buat pulang supaya sampai Karawang matahari belum terbit.

Mulai berangkat dari Semarang jam 6 sore, setelah melewati macet di mana-mana, dengan keadaan seperti zombie akhirnya tiba juga di Karawang jam setengah 5 pagi. Bergegas pulang ke rumah, sholat subuh, terus tidur sebentar, jam 7 pagi siap siap berangkat kerja. Huft!

Setiap travelling sering banget ngalamin hal kaya gini, pulang subuh dan paginya langsung kerja. Saya sih senang-senang aja, ini namanya memanfaatkan waktu liburan yang sedikit. Saya sadar kalo Saya nggak punya banyak waktu buat liburan jadi manfaatin yang ada. Emang kadang aga ngantuk sih tapi itu biasa lah, yang penting Happy dan Menikmati. yeah!

-

Kesan kesan Saya buat liburan Explore Pacitan ini pokoknya dabest banget. Ekspektasi nya diluar dugaan, ternyata Pacitan itu keren-keren, pantas saja kalo Pacitan menjuluki dirinya "Kota Pariwisata", cocok!

*Perjalanan Saya dimulai dari Karawang hari Kamis (29 maret 2018) jam 20.30 malam. Tiba di Karawang lagi hari Senin (02 April 2018) jam 04.30 pagi.

Total biaya yang di keluarkan totalnya Rp. 790.000 (transportasi, tiket masuk wisata, makan dll)

Segitu aja cerita dari Saya, semoga suka & berkenan. Hatur Nuhun.....


Salam, Syafroni Agustik

3 Hari Explore Pacitan - Day 02

Air terjun Banyutibo
Kalo kamu membayangkan pasir putih yang panjang membentang di pantai Banyutibo ini, kamu salah, pasir di pantai ini cuma sedikit, lebih banyak tebing-tebing tapi itu jadi khas tersendiri di tambah adanya air terjun yang eksotis.

Setelah tragedi tersapu ombak itu, jujur aja Saya jadi ngeri buat berlama-lama di bawah, walaupun sejujurnya seru banget, apalagi pasirnya bersih dan air terjunnya juga seger banget. Saya bergegas naik dan buru-buru bilas di kamar mandi dan ganti baju, abis itu langsung sarapan ikan dan nasi (lagi), mumpung di pantai jadi makannya ikan laut. Btw, fasilitas di sini sudah cukup lengkap ya, dari mulai warung sampai kamar mandi yang sederhana tapi cukup bersih.


Sekitar jam 9 pagi Saya dan teman-teman bergegas buat melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, yaitu Pantai Taman.

Saat yang lain sudah berangkat, giliran Saya dan tiga orang kawan yang kebagian di angkut paling terakhir, Saya naik ke dalam mobil, mobil jalan sedikit eh langsung berenti buat di cek karena ada sesuatu yang mengganggu, setelah di teliti ternyata baud ban mobil depan sebelah kirinya copot, heuh, syudah buru-buru eh ada problem, yang kaya gini nih yang nggak pernah di duga di setiap perjalanan, adaaaaaaa aja!

4. Pantai Taman


Destinasi pertama di hari kedua  adalah Pantai Taman, ini jadi destinasi ke empat dalam perjalanan Saya Explore Pacitan. Buat menuju tempat ini perlu waktu yang cukup lama, sekitar 1 setengah jam sampai 2 jam lamanya dari Pantai Banyutibo. Jalannya juga berkelok banget sampe bikin Saya mual. Selama perjalanan kita akan di suguhkan pemandangan hijau dan beberapa kali akan melewati pantai-pantai. Sempet mikir sih kalo aja naik motor bisa bebas berenti dimana aja karena sepanjang jalan banyak pemandangan indahnya.

Pantai Taman ini pantai paling sepi dari beberapa pantai yang udah Saya kunjungi, jadi kaya pantai pribadi gitu saking sepinya. Hamparan pasirnya luar dan panjang, panorama yang di sajikan masih sama seperti pantai sebelumnya, hanya saja pantai ini lebih luas di pandang mata.

Secara kasat mata sih emang sepi tapi sebenarnya pantai ini menyimpan beberapa wahana yang bisa kita coba, dan tempat-tempat wahana tersebut cukup tersembunyi, kalo kita nggak explore pantai ini mungkin kita nggak tau tempat-tempat nya.

Flying Fox dari ketinggian 800 mdpl
Wahana Flying Fox  misalnya, dengan panjang 400 meter ini wajib kamu coba. menurut ifnormasi, ini Flying Fox terpanjang di Indonesia loh. Kerennya lagi, biaya wahana ini tergolong murah kok, harganya 30.000 dengan safety yang sudah cukup baik menurut Saya.

Nggak sekedar merasakan sensasi terbang dan meluncur, kita juga akan di suguhkan pemandangan warna biru dari laut dan hijau dari pepohonan yang rimbun, juara! Yang menjadi catatan adalah Flying fox ini mampu menopang berat badan maksimal 100 kg, jadi jika berat badanmu lebih dari itu atau mepet-mepet ke 100 kg, sepertinya harus dipikirkan dua kali jika mau mencobanya.

Patung Penyu di Pojok Pantai Taman
Nah, kalo kamu tipe orang yang takut atau phobia ketinggian, tenang, ada hal lain yang bisa kamu lakukan selain foto-foto di pantai atau foto di patung penyu super besar di atas batu, selain itu semua, kamu juga bisa mengunjungi konservasi penyu dengan biaya masuk murah meriah, cuma 2.000 rupiah.

Dengan berkunjung ke tempat seperti ini, setidaknya jadi mengingatkan dan menambah kesadaran kita terhadap lingkungan dan makhluk hidup lainnya, seperti penyu ini. Ada banyak sekali aktifitas yang dapat mengancam kepunahan dan membahayakan kehidupan penyu ini, seperti pencemaran pantai,cahaya lampu dari pantai dan dari kapal nelayan, kematian karena tertangkap secara tidak sengaja, terkena baling-baling kapal, mendirikan pembangunan di dekat pantai, atau yang paling ekstrim seperti menangkap Penyu buat dikonsumsi dagingnya dan cangkangnya di jadikan cindramata, huhuhu...sadis! Dan yang menyedihkan adalah dari 1.000 ekor tukik yang selamat sampai ke laut lepas, hanya satu ekor yang bertahan sampai dewasa yaitu umur 20 sampai 50 tahun.

Selfie bareng Penyu
NKhah di tempat konservasi Penyu ini, ada beberapa penyu yang di simpan di sini, di jaga dan di pelihara, mereka hidup di kolam karantina. Ada beragam jenis dan ukuran, dari yang kecil sampai yang besar dengan berat 50 kg.

Dekat dengan Konservasi Penyu ini ada kolam renang yang sepertinya seger banget kalo nyemplung, biayanya cuma 5.000 rupiah kamu udah bisa berenang di kolam renang yang posisinya berada di pinggir pantai, lengkap dengan fasilitas kamar mandi dan mushola.

Kalo masih kurang puas juga, di Pantai Srau juga ada penjual nasi Tiwul khas Pacitan. Nasi dengan campuran singkong, di tambah tempe & urab. Ada juga lawuk tambahan seperti pepes lebah atau pepes kepiting.

Nasi Tiwul Rp. 10.000/porsi
Puas main Flying Fox, puas melihat Penyu di konservasi Penyu, Puas foto-foto dan makan, itu artinya Saya harus melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, Pantai Srau.

Oh iya, Biaya masuk Pantai Taman ini harganya 5.000 rupiah/orang (Maret 2018)


5. Camping di Pantai Srau

Sunset di Pantai Srau
Sebenarnya posisi Pantai Srau ini letaknya dekat dengan pantai Klayar atau pantai Banyutibo, setelah dari dua pantai itu kamu bisa langsung melipir ke pantai Srau ini kalo kamu sekedar berkunjung, beda dengan Saya, tujuan Saya ke pantai Srau buat Camping. Mangkanya dari Pantai Banyutibo, Saya dan teman-teman mengunjungi Pantai Taman dulu sambil menunggu sore. Dari Pantai Taman ada rencana ke Pantai Watukarung tapi waktunya nggak cukup. hiks hiks.

Sore yang indah di pantai Srau,  setelah menghabiskan waktu sekitar 1 jam setengah, keindahan pantai Srau sudah terlihat. memasuki loket pembelian tiket, sudah terlihat bule-bule yang sedang bermain surfing, ada juga beberapa yang sedang berjemur di pinggir pantai. Waktu itu sekitar jam setengah 5 sore. Setibanya Saya di sana, Saya baru tau kalo ternyata pantai Srau ini luas banget, ada banyak spot dan are-are yang berbeda, Saya dan teman-teman segera mencari lahan buat mendirikan tenda.

Hamparan rumput yang hijau, pohon kelapa yang tersusun, di tempat inilah Saya mendirikan tenda untuk beristirahat bersama teman-teman, ada juga beberapa yang memasang hammock.

Api unggun yang menghangatkan
Keistimewaan pantai Srau adalah kita bisa melihat matahari terbenam atau matahari terbit dari atas bukit-bukit, kita tinggal pilih mau melihatnya dari sudut mana dan menurut Saya semuanya keren banget.

Malam harinya Saya dan teman-teman menghabiskan waktu dengan bermain lampion dan juga bersantai sambil menikmati api unggun. Ada perasaan damai sekali ketika berada di situasi seperti ini, deburan suara ombaknya mampu menenangkan.

Lampion yang menambah keakraban
Sudah jam 11 malam lebih, Saya memilih istirahat beralaskan flysheet tanpa tenda, sengaja tidak memilih tidur di dalam tenda hanya ingin sekedar lebih dekat dengan alam.

*Bersambung

3 Hari Explore Pacitan - Day 01


Ini perjalanan pertama Saya ke pacitan, salah satu kabupaten di Jawa Timur yang posisi nya ada di ujung barat Jawa Timur. Jauh ya, bro, ternyata. aselik! Rencananya Saya dan teman-teman dari Backpacker Karawang akan Explore Pacitan selama 3 hari.

Berangkat dari Karawang menggunakan Bis sekitar jam setengah 9 malam, tiba di Kendal sekitar pukul setengah 5 pagi, berenti di rest area gitu buat sholat subuh dan ngopi-ngopi gemes, terus perjalanan kami berlanjut membelah semarang, lalu Solo dan tembus di Pacitan. Jujur sih Saya nggak begitu hafal rutenya, tapi intinya Saya baru tiba di Pacitan sekitar Pukul 10 pagi dan langsung menuju destinasi pertama yaitu Goa Gong. Tiba di sana sekitar setengah 12 siang. Kalo di total sih perjalanan darat menggunakan Bis hampir 15 jam.

Kesulitan satu-satunya buat menjangkau tempat-tempat wisata yang ada di Pacitan mungkin hanya satu, yaitu transportasi, kita nggak bisa mengandalkan transportasi umum di sana karena memang kebanyakan transportasi umumnya nggak menjangkau tempat wisata, mangkanya kita harus sewa kendaraan motor atau mobil, bisa juga datang rombongan seperti Saya, jadi gampang mau kesana dan kesini. Sepenglihatan Saya pun Pacitan masih tergolong sepi jadi masih minim fasilitas.

Rencana di hari pertama ini Saya mendatangi 3 tempat wisata, yaitu : Goa Gong, Pantai Klayar & Pantai Banyutibo. Dengan waktu yang tersisa, Bismillah, Cus......

1. Goa Gong




Goa Gong berada di Jl. Punung-Goa Gong, Sooka, Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Bayangan Saya mungkin tempat wisata ini berada di pedaleman banget dan akses masuk nya susah, tapi ternyata nggak loh, di sana parkirannya sangat luas, banyak warung, dan akses jalannya juga bagus.

Setibanya di parkiran motor & mobil, nggak usah kaget kalo kamu di kerumunin mas-mas ojek yang berdiri tepat di depan pintu mobilmu sambil menawarkan jasanya "di anter ke pintu masuk goa gong naik ojek, mas/mba, jalannya jauh loh", katanya, terus Saya tanya seberapa jauh sih, jawabnya "800 meter". Saya dan teman-teman sepakat memilih jalan kaki aja, namanya juga Backpacker jadi udah terbiasa lah jalan kaki. Setelah jalan kaki ternyata jaraknya deket banget! emang agak nanjak nanjak dikit sih tapi masih terbilang deket kok. Buat kamu yang nggak mau capek mah, ya bolehlah naik ojek, itung-itung bantu usaha warga setempat, biayanya Rp. 5.000 di antar dan di jemput.


Saya bukan orang yang suka banget sama Goa dan nggak begitu ngerti juga jenis-jenisnya. termasuk nggak begitu paham soal stalagmite dan stalagtit. Tapi percaya deh sama Saya kalo ternyata Goa Gong ini memang indaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah betul, di tambah efek lampu-lampu berwarna-warni di dalam goa yang di susun dan di tempatkan dengan konsep sehingga membuat susasa goa makin romantis dan dramatis. ha ha

Kedalaman Goa Gong sendiri sekitar 256 meter, dengan kedalam tersebut tentu dong di dalam Goa bakalan pengap dan gerah, untungnya pengelola Goa Gong menyediakan blower besar di beberapa titik di dalam Goa nya supaya kita nggak begitu kepanasan dan kegerahan walaupuuuuuuun pada kenyataannya tetep gerah. Kalo mau keliling di dalam goa kita membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 2 jam. Terkadang nih di dalam goa kita akan kejatuhan tetesan-tetesan air dari stalaktit yang masih meneteskan air, bahkan di dalam goa nya pun ada danau kecil yang terbentuk dari tetesan itu. Indah, cuy!


Biaya masuk kedalam Goa Gong sebesar 15.000 rupiah/orang (Maret 2018)

Informasi tambahan dari hasil kepo-kepo sama penjaga loketnya, bahwa Goa yang sudah terkenal sampai keluar Indonesia ini pertama kali ditemukan tahun 1924 oleh dua orang pribumi bernama Mbah Noyosemito dan Mbah Joyorejo. Waktu itu belum langsung dibuka sebagai tempat wisata, maklum, saat itu Indonesia masih di jajah, kan! Barulah pada tahun 1995 tempat ini diresmikan sebagai tempat wisata dan diberi nama Goa Gong, selaras dengan nama gunungnya, yaitu Gunung Gong Gongan.



Selain keindahan stalagmite dan stalagtit nya, Goa Gong juga menyimpan keindahan lainnya, termasuk pasar cindramata batu yang unik-unik. Katanya, Goa Gong ini jadi Goa terindah seasia tenggara, setuju nggak?

2. Pantai Klayar


Destinasi kedua yang Saya kunjungi di hari pertama ini adalah Pantai Klayar, nggak jauh dari Goa Gong kok, perjalanan diperlukan waktu sekitar 30 sampai 40 menit dengan jalan berliku.

Setibanya di pantai ini, Saya dan teman-teman langsung kegirangan karena panoramanya yang indah banget walaupun baru di lihat dari atas, parkiran mobil. Area parkir di pantai Klayar cukup luas, dan sebenarnya dari area ini aja kita udah bisa liat keindahan Pantai Klayar dari kejauhan. tapi kalau mau lebih jelas dan main pasir kita ahrus turun ke bawah dan jalan kaki.

Karena belum melaksanakan sholat ashar, Saya dan beberapa teman terlebih dulu menunaikan kewajiban di mushola kecil dekat bibir pantai. Usai sholat Saya langsung bergegas menuju bibir pantai dengan pasirnya yang putih, panorama tebing-tebing, jernihnya air laut, jajaran pohon kelapa yang tersusun rapi dan juga deburan ombak yang deras. Ah, sempurnaaaaaaaaa. Makin sempurna lagi kalo ombaknya nggak begitu deras sih jd bisa berenang di pantainya. Karena ombaknya deras jd ada peringatan supaya nggak berenang di sana. Bahaya.


Pantai Klayar ini cukup ramai oleh pengunjung dari masyarakat sekitar ataupun dari luar kota. Selain keindahannya, kita juga bisa menyaksikan fenomena-fenomena air laut yang memancar keatas lewat celah-celah karang, kurang lebih pancaran air itu setinggi 8 meter sampai 10 meter, dikenal dengan nama seruling samudra. Jika mau melihatnya waktu yang paling tepat adalah sekitar jam 2 siang sampai setengah 5 sore.

Biaya masuk ke Pantai Klayar ini sebesar 15.000 rupiah/orang (Maret 2018)

Ini yang namanya ATV
Selain itu, di pantai ini juga kita bisa menyewa motor ATV atau All Train Vehicle. Apa itu ATV? itu loh kendaraan yang bisa di gunakan di segala medan, beroda empat dan stang nya sama kaya stang motor, cara mengendarainya juga mirip dengan motor biasa tapi tetep di perlukan trik khusus dan perlu penyesuaian, buat Saya yang baru pertama kali nyoba sih ketagihan. Aga kaku sih tapi seru! Jadi ngebayangin adegan di film-film. Sayangnya nggak bisa ngebut banget karena di pasir dan ramai pengunjung, takut nabrak.

3. Camping di Pantai Banyutibo


Hari sudah menjelang sore, tepat adzan magrib Saya tiba di loket tiket Pantai Banyutibo, dari sana jalan menuju pantai sangat sempit dan berkelok tajam. Karena itu akhirnya Saya dan teman-teman menyewa transportasi tambahan supaya bisa sampai ke Pantai Banyutibo.

Keberadaan Pantai Banyutibo ini nggak jauh dari Goa Gong atau Pantai Klayar, waktu tempuhnya sekitar 30 menitan. Pantai ini berada di desa widoro, kecamatan donorojo, bagian selatan dari Kabupaten Pacitan.

Karena hari sudah gelap dan memang sudah di rencanakan untuk camping di sana, akhirnya kami mendirikan tenda untuk tidur. sebenarnya sih tanpa mendirikan tenda pun kita bisa tidur dengan memanfaatkan saung-saung dan warung-warung yang ada di Pantai Banyutibo ini. Sayangnya tempat buat mendirikan tendanya nggak bisa di pinggir pasir putihnya, hanya di bisa di atas tebing-tebing. tapi seru juga kok, kalo ombaknya sangat deras kadang cipratan airnya mengenai kita.

Sepiring nasi & seekor ikan lauk harganya Rp. 10.000
Sambil menikmati ikan laut dan sepiring nasi, di tambah jengkol, Saya lahap menyantap hidangan yang sederhana tapi kenikmatannya sangat mewah ini. Dilanjut bercerita sama teman-teman dan menikmati deburan ombak dan angin laut.

Biaya masuk ke Pantai Banyutibo 10.000 rupiah/orang (Maret 2018)

Dini hari sekitar jam 4 pagi Saya terbangun dan menyaksikan bintang-bintang juga bulan yang bulat sempurna. Suasana seperti ini cocok banget buat merenung atau ngobrol santai bersama kawan sambil menunggu matahari terbit.

Pagi harinya ketika matahari sudah terbit, keeksotisan pantai banyutibo semakin terlihat terapmpang nyata. pantai yang cukup famous ini masih sepi pengunjung, Saya dan teman-teman turun ke bawah air terjun dengan tangga yang disediakan pengelola. Di bawah air terjun itu kita bisa mandi di bawah air atau bersantai di hamparan pasir putih yang nggak begitu luas.


Kalau kamu mau juga main di bawah sana, datanglah pada waktu yang tepat, ketika air sedang surut. Jangan ketika air sedang pasang, soale kalo air sedang pasang maka hampir keseluruhan pasir putih terendam air laut dan ombaknya cukup kencang. Saat sedang surut saja Saya terseret ombak dan membentur karang-karang, hasilnya kaki kiri dan kaki kanan Saya lecet-lecet. huft!

*Bersambung