Panduan Tips Mendaki Gunung Bismo - Wonosobo

Gunung Bismo di Wonosobo memang belum setenar Gunung Prau, Gunung Kembang atau gunung lainnya di Wonosobo dan sekitarnya, tapi jangan khawatir tentang panorama yang di tawarkan, soalnya keindahan gunung bismo menyamai gunung-gunung yang sudah lebih dulu beken kok. Nah karena memang gunung bismo sendiri baru diresmikan beberapa bulan lalu dan belum begitu tenar, jadi belum banyak informasi yang bisa kita dapat di internet, termasuk dengan transportasi apa kita bisa sampai di basecamp gunung bismo. Saya pribadi sempat bingung mencari tau rute buat menuju ke sana, sempat mencari informasi di berbagai sumber, termasuk bertanya ke teman-teman pendaki yang memang berasal dari Wonosobo, rata-rata jawaban yang Saya dapat adalah "Aksesnya masih sulit Mas, kalo rombongan mending sewa mobil dari terminal mendolo wonosobo langsung ke basecamp". hhhmmm.. repot ya kalo harus sewa mobil apalagi kalo jalannya cuma bertiga.


Dengan informasi yang masih ngambang itu akhirnya saya dan dua orang teman memutuskan untuk tetap berangkat dari Karawang menuju Wonosobo dan lanjut ke basecamp pendakian Gunung Bismo. Jadi tenang gaes, pada kenyataannya gak sesulit itu kok buat tiba di basecamp. Kamu tetap bisa sampai ke basecamp gunung Bismo wonosobo meski sendirian, serius deh. Lebih lengkapnya silahkan nyimak rute dan tips mendaki Gunung Bismo Wonosobo berikut ini:

1. Rute & Transportasi

Ada beberapa moda transportasi yang bisa di pilih, kalo kamu rombongan jelas bisa memilih carter mobil kolbak atau elf, tapi kalo bertiga seperti saya kemarin atau mungkin sendirian, better kamu menggunakan transportasi umum dengan rute yang masih mudah di jangkau.

*Dari terminal mendolo - wonosobo naik bus kecil jurusan Dieng : Turun di mojotengah (sebelum pasar garung), tepatnya di pangkalan ojek njawar (inget, jangan sampai kelewat) : Tarifnya Rp. 10.000 - Rp. 15.000

*Dari pangkalan ojek njawar kamu naik ojeg ke Basecamp pendakian gunung Bismo via Silandak ; Rp. 15.000 (waktu tempuh sekitar 20-30 menit). Tarif ini menurut saya murah banget gaes kalo di lihat medan yang dilalui, soalnya menanjak tajam dan jauh. So jangan di tawar ya harga ojegnya, malah kalo bisa kamu lebihin. he he he

2. Simaksi & Peraturan Pendakian

Simaksi Rp. 15.000/orang

Peraturan pendakian kurang lebih sama dengan gunung lainnya, cuma memang aga ketat sih soal sampah. Jadi sebelum mulai mendaki kamu akan di minta untuk mendata perlengkapan dan logistik apa saja yang kamu bawa, termasuk rokok dan tissue. Fungsi dari list yang kamu isi nantinya akan di cocokan ketika kamu tiba kembali di basecamp usai pendakian. Apabila ada yang kurang, misal kamu tidak membawa turun sampah nantinya kamu akan dapat hukuman berupa denda atau lainnya.

Selain itu peraturan yang paling menonjol di gunung bismo adalah kamu nggak boleh menggunakan pakaian berwarna kuning, termasuk jas hujan, tenda dan flysheet. Kenapa? nanti akan saya ceritakan secara terpisah ya.


3. Jalur Pendakian

Jalur pendakian Gunung Bismo akan terasa sulit saat hujan. Tapi masih bisa dilalui kok.

*Dari basecamp sampai pos 1 bayangan : Naik Ojeg Rp. 10.000 (Kalo jalan kaki mungkin satu sampai dua jam)
*Dari pos 1 bayangan ke pos 1 : 10 menit
*Pos 1 ke Pos 2 : 45 menit
*Pos 2 ke Pos 3 : 1 jam
*Pos 3 ke Pos 4 : 1 jam
* Pos 4 ke Puncak : 20 menit

4. Tips Pendakian

Tips mendaki gunung bismo :

- Ikuti peraturan yang di terapkan pihak basecamp
- Mendirikan tenda di pos 4 karena paling dekat dengan puncak dan areanya pun luas
- Tidak boleh membawa boneka & music box

-

Info Gunung Bismo :

Instagram : @Gunung_Bismo_Silandak
WA : 083829839505 (Subkhi)








Traveling Ke Pulau Nusakambangan Timur?


Pulau Nusakambangan terbagi menjadi dua wilayah, bagian Timur dan Utara. Yang ramai dikunjungi wisatawan adalah bagian Timur, sedangkan bagian utaranya terdapat lapas yang penjagaannya sangat ketat.

Ketika menginjakkan kaki di Pulau Nusakambangan Timur, Kita akan langsung melihat plang besar bertuliskan “Cagar Alam - NUSAKAMBANGAN TIMUR” yang itu artinya bahwa Pulau Nusakambangan Timur adalah sebuah tempat Cagar Alam yang dilindungi negara dan nggak boleh dijadikan tempat wisata, apalagi dirusak.

Jujur, Aku baru tahu perihal Cagar Alam itu, tapi kaki sudah terlanjur menginjakan tanah Nusakambangan. Aku sempet mikir, kira kira lanjut masuk ke pulaunya atau balik lagi naik kapal nelayan yang sudah ku sewa, tapi ketika ku tengok kebelakang, kapal yang kusewa sudah pergi meninggalkan pulau buat ngangkut wisatawan lain. Yasudah, Aku melanjutkan perjalanan, menelusuri hutan-hutan Nusakambangan, mengikuti jejak yang sudah ada menuju Pantai Pasir Putih, Goa Pasir, Pantai Karang Pandan, Benteng Karang Bolong dan lainnya.


Hasilnya, Aku dapat informasi lebih dalam bahwa Pulau Nusakambangan ini jadi hutan alam dataran rendah terakhir di Jawa Tengah. Posisi Pulau Nusakambangan yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia adalah benteng perlindungan (great barrier) bagi wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya dari tsunami & gelombang besar.

Status Pulau Nusakambangan Timur sebagai Cagar Alam sekarang diragukan, Sob. Bahkan sudah nggak memenuhi syarat sebagai Cagar Alam. Faktor utamanya karena semakin banyak penebangan pohon liar. Padahal hutan di Nusakambangan menjadi habitat dari banyak tumbuhan, seperti pohon Plahlar yang semakin berkurang akibat ditebangi dan di perjual belikan.

Syedih ya, Sob. Karena itulah Aku menulis ini agar bisa jadi pelajaran dan juga sebagai informasi buat Kamu yang mau menjadikan Nusakambangan tempat berliburmu. Pikirin lagi deh ; Jika yang Kamu cari adalah Pantai Pasir Putih, Benteng-benteng peninggalan belanda, dan ketenangan di tengah hutan yang lebat, serius Sob, masih banyak tempat lain kok. Diluar sana tuh masih banyak yang pasirnya lebih putih dan halus, masih banyak benteng peninggalan belanda yang lebih megah, masih banyak Goa yang lebih dalam, dan masih banyak hutan-hutan yang bisa bikin Kamu tenang sejenak dari rutinitas.


Aku tahu sih niatmu sama denganku, berkunjung ke sana hanya ingin melihat Nusakambangan dari dekat, nggak buang sampah sembarangan apalagi merusak alam. Tapi Sob, tetap saja bahwa Pulau Nusakambangan Timur adalah Cagar Alam yang nggak boleh dijadikan tempat wisata.

Yuk ah Kita jaga alam. Salah satu caranya dengan share info-info penting semacam ini. Biar semua tahu dan sadar bahwa Alam dan Kita saling menjaga.



Banyak Pendaki Hilang Jadi Bikin Parno Mendaki Gunung Lagi?


Belakangan ini kok Saya semakin sering ngebaca berita tentang pendaki yang hilang dan tersesat di gunung ya? berita-beritanya berseliweran di media sosial, beberapa ada juga yang sampai ke media tv. Ada apa ya? Saya jadi kepikiran sesuatu nih, semacam tentang persiapan mendaki gunung itu sendiri.

Mendaki memang bukan aktifitas hiking biasa, kegiatan ini memerlukan banyak persiapan dan perencanaan yang matang menurut Saya, itu semua agar perjalanan kita untuk menikmati keindahan alam dari ketinggian nggak membahayakan diri sendiri ataupun teman seperjalanan.

Untuk kawan-kawanku yang punya hobi mendaki atau Kamu yang baru ingin memulainya, sebelum melakukan pendakian apakah Kamu mempelajari peta jalur pendakian yang akan Kamu lalui? yaaaa minimal searching di internet mengenai informasinya ; seperti jumlah shelter yang tersedia sepanjang jalur pendakian, dari pos ke pos jaraknya berapa jauh dan kira-kira membutuhkan waktu tempuh berapa menit, tersedia mata air atau nggak, tersedia warung-warung kecil atau nggak, dan hal-hal lain yang seharusnya bisa Kita kantongi informasi tersebut dan bisa jadi bekal selama melakukan hiking.

Jika pertanyaan itu dilontarkan pada Saya, maka Saya akan menjawab "Ya, Saya cari informasi itu semua", bahkan Saya akan mencari informasi lebih detail dari itu. Yaelah jaman sekarang mah bisa Kita dapat dari mana saja, membaca cerita pengalaman-pengalaman pendaki di blog misalnya, menonton video yang berkaitan di youtube, chat kawan-kawan yang sudah pernah mendaki gunung yang akan kita tuju, atau ngobrol dengan warga sekitar kaki gunungnya bisa Kita lakukan.

Nggak cuma soal jalur kok, kalo bisa Kita pelajari juga kondisi gunungnya, gunung aktif atau tidak? jenis hutannya seperti apa? ada tumbuhan apa saja yang bisa di konsumsi saat Kita kehabisan logistik makanan? pun tentang hewan yang menempati gunung tersebut, buaskah? Saya rasa nggak ada salahnya kita pelajari itu semua sebelum memulai pendakian.


Jangan jadi pendaki alay & norak karena mendaki gunung hanya untuk eksistensi dan selfie-selfie. Ada banyak tempat di dunia yang bisa dijadikan tempat untuk sekedar selfie. jangan di gunung. Mendaki gunung itu kegiatan ekstrim karena dilakukan pada medan yang tidak biasa. eh tapi bukan berarti Saya melarang selfie-selfie ya, itu mah Saya juga ngelakuin kok, eksis. Cuma maksudnya jangan sampai petaka menghampiri Kita karena Kita cenderung meremehkan keadaan ketika di gunung. Puncak gunung bukan satu-satunya tujuan kok, yang paling penting adalah persiapan, perlengkapan, materi, dan kembali pulang ke rumah dengan selamat, sehat tak kurang satupun.

Ngomong-ngomong soal berbagi informasi, Saya heran sebenarnya dengan kawan-kawan yang ketika Saya tanya mengenai gunung yang pernah di dakinya, tapi di jawab males "duh lupa euy...". Padahal pertanyaan-pertanyaan Saya juga berkaitan erat dengan pendakian, misalnya "eh ke gunung A lewat jalur ini normalnya berapa jam ya ke puncak? dari pos ke pos berapa lama?". Pertanyaan yang normal di tanyakan kan? tapi kenapa banyak pendaki yang malas berbagi informasi? Apa karena doi pelit informasi? atau karena doi nggak peduli dengan itu semua, yeng penting sampai puncak, lalu selfie. cekrek!

Serius deh, nggak mempelajari jalur pendakian terlebih dulu adalah sebuah kelalaian. Sampai detik ini setiap kali membaca & mendengar kasus hilang/tersesat/meninggalnya pendaki di gunung selalu bikin Saya merinding. terlepas dari hal-hal mistis yang terjadi, memang baiknya Kita sebagai orang yang hobi mendaki untuk membekali diri Kita dengan persiapan yang matang.

Setuju atau nggak, ini hanyalah sharing santai dari pendaki junior & sebagai manusia yang juga peduli dengan manusia lainnya. setelah baca postingan ini Kamu sebagai pendaki (ngakunyeee) masih mau mengabaikan hal-hal kecil maupun besar, itu pilihan. Resiko kan di tanggung sendiri. Tapi baiknya Kita bisa belajar dari kasus-kasus yang ada kan?

Eh tapi selain itu semua, mempelajari adat istiadat, kebiasaan warga sekitar gunung, mengetahui kepercayaan-kepercayaannya, termasuk membetulkan niat Kita, itu juga jadi komponen yang sangat penting untuk kelancaran pendakian Kita.

Harus di ingat, Kita hanya tamu gaes, nggak lebih.

Sekian, Roni.

Perbedaan Kapal Cepat & Lambat Menuju Sabang - Aceh

Saya tiba di Bandara Sultan Hassanudin Aceh sekitar jam 4 sore, dari bandara sebenarnya bisa langsung ke Pelabuhan Ulhelee (Banda Aceh) dan nyebrang langsumg ke Sabang kalo Kamu tiba di Aceh pagi atau siang, berhubung Saya tivanya sore jadi nggak bisa langsung nyebrang ke Sabang karena jadwal penyebrangan yang terbatas. Akhirnya Saya memutuskan buat menginap satu malam di Banda Aceh.

Keesokan harinya menuju pelabuhan Ulhelhee (Banda Aceh) Saya di antar Kawan dari Couchsurfing, Bang Firdaus namanya, senang sekali rasanya sudah di perbolehkan menginap satu malam dan di antar ke Pelabuhan pagi-pagi. Nggak tau diri banget ya Saya hohoho, sudah menginap gratis, dapet tumpangan pulak. Hatur Nuhun Pisan lah!

Kapal Lambat
Keesokan harinya, ketika Saya tiba di Pelabuhan Saya langsung mencari loket kapal lambat, ya dari awal merencanakan perjalanan ini Saya memang berniat akan menggunakan kapal lambat karena harganya lebih murah dari kapal cepat. Saya coba tanya ke penjaga loket yang sedang ramai dengan antrian, tapi ternyata itu Loket Kapal Cepat, sedangkan Loket kapal lambatnya belum di buka.

Hhmm.. Seertinya terlalu pagi nih Saya, akhirnya Saya tanya jam berapa kira-kira loket kapal lambatnya di buka? Jawabnya : sekitar jam 9an loket baru dibuka. Oalaaaaah.. Padahal dari informasi yang Saya dapat di gugel, kapal lambat mulai melakukan penyebrangan paling pagi jam 8, bahkan katanya ada setiap sejam sekali. Entah Saya yang keliru atau memang faktor cuaca. Yang pasti hari itu (Sabtu, 28 Juli 2018) Kapal lambat baru mulai berangkat sekitar jam 11 siang dari Pelabuhan Ulhelee, sedangkan buat loketnya sendiri di buka jam 9an pagi.

Kapal Lambat

1. Waktu Tempuh : 2 sampai 3 jam
2. Fasilitas : Kursi penumpang, Cafe, Pelampung
3. Kelebihan : Bisa menampung motor atau mobil. Nggak begitu terasa mual saat ombak
4. Kekurangan : Tidak mendapatkan nomor kursi sedangkan kursinya terbatas, jadi banyak yang nggak dapet tempat duduk. Waktu tempuh yang lebih lama. 
5. Biaya : Rp. 25.000 (+ asuransi) *Juli 201



Kapal Cepat

1. Waktu Tempuh : 1 jam
2. Fasilitas : Kursi penumpang, Cafe, Pelampung, Ruangan ber-AC. 
3. Kelebihan : Semua penumpang dapat nomor kursi, ruangan ber-AC. Waktu tempuh jauh lebih singkat.
4. Kekurangan : Tidak bisa mengangkut motor atau mobil karena ukuran kapal jauh lebih kecil dari kapal lambat. Lebih terasa mual saat ombak. 
5. Biaya : Rp. 80.000 (+ asuransi) *Juli 2018



Nah itu dia perbedaan Kapal Cepat dan Kapal Lambat buat menuju Sabang dari Banda Aceh atau sebaliknya. Buat kamu yang mau bayar murah dan santai nggak di buru-buru waktu silahkan naik Kapal Lambat. Sedangkan buat kamu yang menjunjung tinggi kenyamanan dan kecepatan, silahkan naik kapal cepat.

Saya pribadi berangkat naik kapal lambat, tapi karena Saya di buru-buru waktu akhirnya untuk pulangnya Saya menggunakan kapal cepat. Dan jujur aja kapal cepat jauh lebih nyaman dan sejuk karena menggunakan ruangan ber-AC. Tapi bila Saya berangkat bersama banyak kawan & nggak di buru-buru waktu, mungkin Saya akan memilih kapal lambat karena lebih bebas duduk di lantai atas kapal.

Sekian. Semoga informasinya bermanfaat.

Mohon maaf bila ada banyak kata atau kalimat yang nggak sesuai EYD atau typo.