Mendaki jam 3 pagi Demi Melihat Sunrise di puncak Parang

Kalau dalam dunia kesehatan, ada penyakit yang di kenal dengan istilah LBP atau Low Back Pain. Eh ternyata di Purwakarta ada juga istilah LBP ini. Bukan Low Back Pain tapi Lembu-Bongkok-Parang. He he he

Tahun 2016 lalu, di bulan Januari, Saya menyempatkan mendaki ke Gunung Bongkok di Purwakarta, setelah itu beberapa bulan kemudian lanjut ke Gunung Lembu, dan Bongkok lagi sampai totalnya 3 kali saya ke Gunung Bongkok. Kok sering sih? Yaaa semua karena jarak yang dekat antara Karawang dan Purwakarta. Eh meski deket, bukan berarti dengan mulus untuk bolak-balik ke sana, ada saja kegiatan yang bikin gagal untuk mendaki gunung-gunung itu, harusnya bisa lebih sering lah, soalnya ketinggiannya hanya 900 sampai 1000an MDPL, gak terlalu berat buat didaki oleh Saya si badan gempal ini. Jadi bisa Fun Hiking sambil ngurangin lemak-lemak yang setia di tubuh.

Setelah bongkok dan lembu sudah rampung di 2016, akhirnya di bulan yang sama tapi tahun yang berbeda, Saya ada kesempatan untuk merampungkan LBP ini. Gunung terakhir yang harus didaki di Purwakarta ini yaitu Gunung Parang.


Jalur pendakian Gunung Parang terkenal dengan kesulitan dan ekstrimnya di banding dengan Lembu dan Bongkok. Malahan sekarang sudah ada jalur ferata, sebuah tantangan baru. Lewat jalur khusus itu kita bisa mendaki Gunung Parang sambil merayap-rayap di tebing kaya Spiderman. He he. Kalau gak salah sekarang ongkos jalur climbing ferata ini Rp. 250.000/orang. Lumayan! Tapi jujur saja Saya lebih suka mendaki Gunung Parang lewat jalur biasa, bukan jalur climbingnya.

Dari kiri : Said, Jalil, Jonas, Rendi & Roni

Dari Karawang Saya dan keempat teman Saya berangkat jam 10 malam. Tiba di Kaki gunung parang jam 11 malam. Kami langsung memilih salah satu saung yang ada di pos pendakian untuk kami jadikan tempat makan malam sekaligus tempat tidur beberapa jam sebelum mendaki.

Betewe, Biaya pendakian Gunung Parang sebesar Rp. 10.000/orang. Jam 02 dini hari kami bangun untuk bersiap-siap mendaki, tapi jam 3 pagi kurang baru kami mulai pendakian.

Baru awal pendakian Kami sudah di suguhkan trek yang menanjak dan bebatuan, begitu terus sampai di pos 3. Sedangkan dari pos 3 ke pos 4 atau pos bayangan, trek yang di suguhkan itu tanah tapi tetap menanjak, sesekali tetap ada bebatuan.

Adzan Subuh jam setengah 5 kurang kami sampai di Pos 4 ini. Karena tidak membawa air cukup banyak, terpaksa berwudhu dengan cara tayamum. Setelah sholat subuh kami istirahat sebentar sekitar 10 menit sambil menikmati lampu-lampu dari kota purwakarta dan sekitar yang terlihat cantik sekali.


Karena tujuan sejak awal adalah melihat matahari terbit (sunrise), maka sebelum jam 5 atau sebelum matahari itu terbit secara utuh kami melanjutkan perjalanan dari puncak bayangan ke puncak gunung parang.

Edan! Trek menuju puncaknya curam banget. Untunglah di bantu pake webbing dan jujur saja itu memudahkan Saya dan pendaki lain. Karena kalau tidak ada webbing sudah di pastikan akan sulit menuju puncak.


Saya senang sekali, perjuangan memotoran malam-malam, tidur di saung dan hanya kurang dari 2 jam, mulai mendaki jam 3 pagi kurang, endingnya di suguhkan pemandangan matahari terbit yang keren dan cuaca juga cerah banget.

Keindahan matahari terbit dari puncak Gunung Parang


Puncak gunung parang ini tidak luas, terbilang sempit, tapi view yang bisa di lihat dari atas sini sangat luas.
Pemandangan dari Puncak Gunung Parang

Kalau Saja siangnya tidak ada acara lagi, mungkin bisa sampai Siang atau bahkan bisa sampai menunggu matahari terbenam Saya berada di puncak ini. Tapi Sayangnya tidak bisa karena harus segera pulang. Lalu jam setengah 7 Saya dan teman-teman mulai turun dengan jalur yang lumayan bikin kaki lemes.

Jalur dari puncak Gunung Parang

Rumah pohon di jalur pendakian Gunung Parang. Rumah pohon ini ada di Pos 1 dan Pos 3.

1 komentar:

  1. Bukannya BongPalem ya Om singkatannya, kok disini LBP jadi Kaya nama lembaga swadaya masyarakat ... Ah syudahlahhh :v wkwkwkwk

    BalasHapus