Merayakan Ulang Tahun di Pulau Pahawang! (Catatan perjalanan tahun 2015)

ye ye ye la la la

he he he he


Sengaja banget merencanakan acara ngetrip tepat di hari ulang tahun sendiri, hari istimewa, tahun istimewa. Memang tidak seperti tahun tahun sebelumnya yang penuh dengan kejutan, tahun ini beda, lebih sunyi dan tenang, mungkin Allah memberi banyak ruang dan waktu untuk diri ini banyak-banyak bermuhasabah atas kesempatan hidup yang sudah diberikan sampai detik ini.

Awalnya mau backpackeran sendiri ke kota lampung tapi teman banyak yang mau ikut, dan dalam persiapan backpacker kali ini tidak banyak kendala, segalanya seperti di permudah, termasuk mencari informasi transportasi, penyewaan kapal dan lain lainnya. Tapi setelah segalanya sudah di sepakati, tepat di hari H beberapa rekan yang ikut tiba tiba batal dengan berbagai alasan masing-masing. Huh!Sempat membuat hati saya jengkel. Tappiiiiii... tanpa kebetulan tiba-tiba seseorang menelpon saya dan menyatakan mau ikut bersama satu temannya. Ia tahu nomor telpon saya dari sebuah group komunitas backpacker di Facebook yang pernah saya share beberapa waktu lalu sebelum saya berangkat. Terimakasih yaaa dua perempuan super yang dengan cueknya gabung diantara laki laki kece. he he he

Perjalanan 8 laki laki keren di mulai dari karawang, satu orang lelaki hitam manis menunggu di jakarta dan dua perempuan super menunggu di pelabuhan merak. jadilah kami 11 personil yang kebanyakan belum kenal satu sama lainnya ini berkumpul di pelabuhan merak dengan muka kucel dan kelaparan.


 Personil Lengkap. Cuma ini foto yang lengkap 11 orang. he he

Perjalanan saya dan teman-teman menggunakan kapal feri cukup lancar dengan 3 jam perjalanan dari pelabuhan merak ke bakauheni. Sampai di bakauheni jam 5 pagi, sebagian melaksanakan sholat subuh, sedang saya dan Kang Huda yang sudah terlebih dulu sholat subuh di kapal memilih menemui sopir mobil yang sebelumnya memang sudah kami pesan.

 Pelabuhan Bakauheni

Perjalanan Pelabuhan Bakauheni ke Dermaga Ketapang menghabiskan waktu 3 jam lebih dan tak banyak yang di suguhkan, hanya pemukiman dan kota bandar lampung yang lumayan membuat bosan selama di perjalanan. Setibanya saya dan teman-teman di pelabuhan ketapang kami bersitirahat sebentar di rumah pemilik kapal yang kami pesan, lumayan buat meluruskan badan.

Setelah siap kami langsung menuju kapal untuk segera berlayar keliling pulau. Yeah! Sejujurnya saya sangat tidak sabar, "Perjalanan ini harus istimewa!" Bisik saya dalam hati.

Pulau Pahawang sangat indah, tak hanya air laut yang jernih yang bisa kita nikmati tapi juga pulau pulau kecil yang berbukit menjadi kecantikan tersendiri pulau ini. Berdasarkan cerita masyarakat setempat, sejarah pulau ini dimulai dari datangnya Nokoda tahun 1.700-an yang diikuti pula oleh datangnya Hawang yang merupakan keturunan Cina. Hawang menetap di sebuah pulau sampai memiliki  seorang anak perempuan yang kerap kali dipanggil Pok Hawang. Kelaziman memanggil Pok Hawang akhirnya menjadi nama Pulau dimana Hawang menetap dengan sebutan Pulau Pahawang pada tahun 1850-an.

Perkembangan desa Pulau Puhawang diawali dengan datang dan berdiamnya H.Muhammad bin H.Ibrahim hulubalang dari Kalianda yang tinggal di Kalangan, sedangkan di Pulau Pahawang sejak kedatangan Ki Mandara dari Sulawesi Selatan tahun 1920-an. Perkembangan selanjutnya dimulai sejak tahun 1930 dengan datangnya Datuk Jahari yang menetap dan menikah dengan anak Ki Mandara di Penggetahan dan H. Dulmalik dari Putih Doh yang menetap di Suak Buah.

Perkembangan selanjutnya (tidak diketahui dengan pasti tahunnya), beberapa orang datang dan tinggal di Desa Pulau Pahawang. Mereka berasal dari berbagai tempat. Dari wilayah Banten – Jawa Barat, mereka adalah Jahari menetap di dusun Penggetahan dan Ruslan yang menetap di Dusun Cukuh Nyai Jaralangan. Haji Dul Malik dari Putih Doh, Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus – Lampung menetap di Dusun Pulau Pahawang. Kedatangan mereka bertujuan membuka lahan untuk berkebun.
 
Dan saya cukup menikmati perjalanan dari dermaga ketapang menuju tempat kami snorkling, pun sangat menikmati keindahan alam bawah laut di pulau ini. Kerumbu karangnya, ikan nemo, bintang laut, dan biota lainnya yang tidak saya ketahui namanya. ah, semuanya sangat memesona. Puas snorkling saya putuskan untuk main pasir di Pulau Pahawang kecil, sangat cantik pemandangan di sini, sayang saja cuaca matahari sangat terik, saat itu pukul satu siang, tak kuat berlama-lama di sana saya kembali memutuskan untuk snorkling. Main air lagi. hohoho

Pulau Pahawang Kecil

"Dapatkah diri selangkah lebih baik dari selangkah lampau yang buruk?"

Kata-kata itu terus bermain di pikiranku selama trip kali ini. Tidak mau perjalanan ini menjadi sia-sia dan hanya menjadi kesenangan sesaat. Karena memang ada yang harus kutekankan pada diri ini agar ia mau dan mampu konsisten untuk meninggalkan hal juga perbuatan buruk, untuk terus konsisten berbuat baik, untuk terus menjadi baik seberapa kecilnya pun perbuatan itu. Baik menurutku belum tentu baik menurut orang lain, tapi baik menurut-Nya itu pasti yang terbaik buatku. Jadi bukan soal perbuatan dan berbuat baik saja, tapi aku harus mampu menerima yang di hidangkan oleh Tuhanku terlepas itu baik atau tidak baik menurutku.

Kukepalkan tanganku, aku harus semangat dan terus semangat. Hidup ini tak boleh jadi biasa-biasa saja, harus menjadi luar biasa.

Hey! Ayo SEMANGAT! Semangat juga snorklingnya nih, he he he Usai snorkling, perjalanan saya terus berlanjut untuk menanti senja di Pulau Kelagian Besar.
 
Pulau Kelagian Besar

Mendirikan tenda di Pulau Kelagian Besar

Usai menanti senja saya dan teman-teman mendirikan tenda, makan malam, ngobrol-ngobrol, tidur, esok paginya menikmati matahari terbit. Setelah puas menikmati Sunrise dan foto-foto kami langsung bersiap pulang. 

Ya, Pulang.
Saya dan kita semua harus dan pasti akan pulang. Tak melulu soal bahagia dan syukur tapi ada sesuatu yang harus selalu kita ingat, Kematian!
Kematian selalu menjadi pelajaran, pengingat atas sifat manusia yg pelupa, bahwa kita tak kekal di dunia.
Kematian layaknya petir yg membangunkan jiwa pelupa ini, untuk kembali tunduk cemas menghamba padaNya.
Kematian layaknya guru yg mengajari kita untuk sadar menunggu, bahwa setelahnya adalah giliran kita.


*Lampung - 28 Agustus sampai 30 Agustus 2015 

Gunung Guntur bikin babak belur





Ah, gunung ini memang benar benar tidak bisa di remehkan, gaes.

Dengan medan yang terus menanjak, di tambah terik matahari yang sangat panas, kemiringan yang ekstrim, hhhmm.. semuanya menjadi kesatuan yang sangat lezat, istimewa, bikin gemes deh.Apalagi beberapa hari sebelum saya dan 10 orang kawan saya mendaki, Gunung Guntur sempat terjadi kebakaran, jadi makin istimewa meski pemandangannya jadi tak cantik sempurna. he he he
Pendakian bisa di bilang lancar jaya, hanya saja sedikit lambat, yaaa tak lain dan tak bukan karena efek badan yang gemuk ini jadi mudah sekali lelah. Sampai di puncak 1 sekitar jam setengah 5 sore saya putuskan untuk istirahat sebelum menuju puncak dua bersama Fauzi dan Rudi, sedang sisa yang lainnya sudah lebih dulu ke puncak dua untuk beristirahat dan mendirikan tenda. Tak banyak yang dapat dinikmati sore itu karena kabut tebal. Usai sholat ashar, makan dan beberes saya lanjutkan menuju puncak 2. hari sudah gelap.

Setelah beberes dan ketiduran dan bangun lagi sekitar jam setengah 11 malam karena kelaparan dan sudah ada suguhan nasi dan ikan sarden yang masih hangat. Langsung saya santap. Setelah kenyang saya bengong, menikmati lautan bintang sampe jam 1 pagi dan akhirnya ketiduran lagi dan bangun kembali jam 5 pagi, Sholat subuh trus menikmati sunrise yang selalu memesona.



Seperti pendaki yang kekinian yang sedikit dikit foto, saya pun mengabadikan momen matahari terbit gunung guntur ini. sayang saja lautan awannya tidak muncul, malu kayanya. Tapi ada hal istimewa di pendakian kali ini, tentang Darril. Mahasiswa yang baru saya kenal di puncak dua gunung guntur, itupun ketika ia sudah tak sadarkan diri. Masih saja menyesakkan dada saya setiap kali saya ingat meski kejadian ini sudah sebulan yang lalu. Semoga Darril tenang di sana, Rill, di tempatkan yang terbaik oleh Allah. Aamiin...


Pendakian gunung guntur bikin babak belur, apalagi ketika turun dari puncak menuju pos III yang membuat celana saya robek karena harus turun dengan merosot.

Pendakian gunung guntur bukan hanya bikin babak belur tapi membuat hati ini bertafakkur. Sungguh, semoga Allah mengampuni segala salah dan meridhoi seluruh langkah ini.

Dan, Pendakian gunung guntur memberikan banyak pelajaran yang luar biasa. Aku semakin mengerti apa itu arti "Kesempatan". Kesempatan bisa mendaki gunung guntur, kesempatan di pertemukan oleh Darril dan kawan kawannya, juga kesempatan untuk hidup sampai hari.

Sungguh,
Tak percaya, tapi ini terjadi.....


 Efek trek pasir yang mengharuskan saya beberapa kali merosot saat turun gunung. Luaaarrr Biasa
















Mendaki menjadi HOBI????

ha..ha..ha... Harusnya tulisan ini muncul beberapa tahun lalu, tepatnya bulan mei 2014, tapi apalah daya karena kesibukan pekerjaan yang padat membuat waktu untuk menulis blog harus ditunda, di tambah blog lama error gak bisa di buka, dan semoga mulai hari ini bisa kembali mengisi "diary" umum ini secara rutin, memberikan informasi, motivasi, juga bisa memberikan manfaat untuk diriku dan yang lain.

Dua minggu sebelum tanggal 25 mei 2014 saya sedang berbincang bersama kawan fitnes saya, Samuel namanya, tapi dia lebih suka di sapa 'Muenkz'. Saat itu dia memberitahu saya bahwa dia akan mendaki gunung gede di bogor tanggal 24 mei, wah saya sangat tertarik karena sebelumnya saya belum pernah mendaki, dan dia menyetujui saya untuk ikut tapi ada syarat yang diberikan, katanya selama dua minggu ini saya harus olahraga lari secara rutin, dan intensitasnya harus terus dinaikan, misal hari pertama lari 15 menit, selanjutnya 30 menit dan seterusnya, hhhmmm saya ikuti tantangan itu dan berhasil.

Persiapan demi persiapan saya lakukan. dari mulai berolahraga, beli perlengkapan mendaki, sampai persiapan mental, pasalnya saya termasuk orang yang tidak menyukai situasi gelap, apalagi setelah membaca di internet banyak informasi yang menyatakan bahwa di sana banyak hal mistis terjadi, tapi ah bismillah saja, saya menekatkan diri.

Tanggal 23 mei, Muenkz memberitahu saya bahwa kita tidak bisa mulai mendaki tanggal 24 mei yaitu hari jum'at ini karena ada badai, katanya, terpaksa pendakian diundur menjadi tanggal 25 mei 2014. dan akhirnya pendakian itu juga dimulai. sabtu malam kami janjian di perempatan cileungsi jam 5 sore. saya datang tepat waktu jam 5 sore tapi yang ditunggu belum juga datang. Jam enam kurang barulah kawan kuliah saya datang, fauzi namanya, di susul sama Muenk, Arif dan Kipli. sedang satu anggota lagi yaitu Om Ari menyusul menggunakan mobil pribadi miliknya, dia tidak bisa bareng karena harus kondangan terlebih dahulu. Sekedar info saya belum kenal sebelumnya sama kaka beradik Arif dan kipli, juga sama Om Ari, saya baru berkenalan hari itu.

Perjalanan dimulai dari perempatan Cileungsi menaiki angkot 121 menuju kampung rambutan, jam 7an sampai di terminal kampung rambutan dan melanjutkan perjalanan ke cibodas menggunakan bis. sampai di cibodas jam 11 malam, dan melanjutkan perjalanan kembali dengan angkot menuju pintu gerbang gunung gede-pangrango. kami istirahat di salah satu warung di sana sambil menunggu Om Ari datang.

 Mengisi tenaga sebelum mendaki

Siap mendaki jam 03 pagi dinihari. bawaan kami tidak banyak karena kami memang tidak berniat untuk mendirikan tenda di atas sana, kami hanya mendaki mencapai puncak lalu turun kembali.

Sesampainya di pos pemeriksaan hati saya deg degan tapi senang karena akhirnya keinginan mendaki terwujud, saya tidak memikirkan apakah nanti saya bisa sampai puncak atau tidak, yang terpenting buat saya adalah mencoba. karena menurut saya "Yang gagal itu mereka yang tidak pernah berani untuk mencoba" sekecil apapun tindakannya yang penting mencoba dan berbuat.

Setengah jam melakukan perjalanan mendaki kaki saya langsung terasa pegal sekali dan lemas, akhirnya saya meminta untuk beristirahat sekedar meluruskan kaki dan mengatur nafas, setelah itu perjalanan dilanjutkan, sesekali kami bersenda gurau untuk mengurangi rasa lelah yang gagal membuat kami menyerah. satu, dua jam perjalanan saya merasa sudah jauh sekali berjalan tapi belum sampai juga. Muenkz selalu menghibur "Sebentar lagi sampe abang. pemandangan diatas indah sekali" katanya. saya hanya membalasnya dengan senyuman. Jam 05 pagi kami memutuskan istirahat di antara pos 2 dan pos 3 untuk melaksanakan sholat subuh, setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di pos air terjun panas jam setengah 07 pagi. Subhanallah, benar, dari sini pemandangan indah sekali.


Disini kami bersitirahat, merehatkan kaki sambil memasak makanan sekedarnya, yang penting perut terisi, tapi entah kenapa perut saya seperti menolak semua makanan yang saya makan. mungkin efek dingin yang teramat sangat sehingga membuat rasa malas saya meninggi. entahlah...

Jam 08 pagi perjalanan dimulai, katanya sudah dekat, katanya sebentar lagi sampe puncak, tapi nyatanya mashaallah jam 10 pagi kami baru sampe pos kandang badak. teman teman melihat saya begitu kelelahan, iya, olahraga rutin selama dua minggu sebelum mendaki saja saya sebegini kelelahannya, apalagi kemarin saya tidak olahraga sama sekali yah, duuuuh...



Lalu ada pembicaraan yang sedikit drama ketika kami di kandang badak, kata Om Ari "Kalau Roni gak kuat biar saya yang menemani disini" dan spontan Fauzi, kawan kuliah saya juga menimpal "Iya, saya juga menemani roni disini" waaah sepertinya ada rasa bersalah jika saya membiarkan mereka menemani saya disini walaupun sebenarnya saya sudah tidak kuat tapi saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan terengah engah. Jalan 10 langkah saya berenti untuk istirahat dan begitu terus. - alon alon asal klakon, kalau kata orang jawa. Dan yaaa meskipun teman teman yang lain sudah berada jauh di depan saya. tapi saya terus berusaha untuk menyamai langkah mereka. mereka juga pasti memaklumi dengan kondisi badan saya yang lebih besar di tambah ini perjalanan mendaki pertama saya. jadi wajar kalau saya tertinggal hehehehe (alasan).
Alhamdulillah jam 12 siang lewat saya sampai dipuncak gunung gede 2965 meter di atas permukaan laut. Subhanallah walhamdulillah. Tak terasa mata saya membendung. sujud syukur pun saya persembahkan untuk Rabb saya. Semua karena kehendak-Nya saya bisa berada di puncak ini. Sangat luar biasa. pengalaman tak terlupakan dalam hidup saya. 



Ada kebersamaan di sini
Ada kebebasan di sini
Ada perjuangan mencapai sini
Ada tekat kuat dalam diri ini
Bukan seberapa tinggi puncaknya
Bukan pula seberapa berat medan tanjaknya
Bukan tenatang apa, bukan soal siapa
Ini tentang Aku
Aku yang memberanikan diriku
Aku yang coba menantang diriku
Tentang aku yang takjub 
Tentang aku yang tak kuasa sembunyi dari-Mu
Dimanapun....